Tarekat Naqsyabandiyah dan Pemberontakan Suku Sasak di Lombok Dalam Catatan Belanda 

3 hours ago 1

Dua orang pepadu (pemain presean) bertarung saling memukul dengan tongkat yang terbuat dari rotan saat pertunjukan presean yang disiarkan secara daring di persawahan Desa Merembu, Kecamatan Labuapi, Lombok Barat, NTB, Selasa (17/8/2021). Pertunjukan kesenian tradisional Sasak Lombok di tengah pandemi COVID-19 tersebut diselenggarakan dan disiarkan secara online dalam rangka memeriahkan HUT ke-76 Kemerdekaan RI.

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Pemerintah kolonial Hindia Belanda yang sedang menjajah bumi Nusantara dikejutkan dengan sejumlah peristiwa perlawanan para kiai dan haji di sejumlah daerah. Para kiai, haji dan rakyat pribumi memberontak kepada pemerintahan Hindia Belanda. Setelah Belanda melakukan penyelidikan, pemberontakan di Banten, Pulau Lombok dan Sidoharjo memiliki keterkaitan dengan tarekat Naqsyabandiyah.

Pada tahun 1891, terjadilah pemberontakan hebat dari kaum Muslim suku Sasak di Lombok melawan orang-orang Bali yang menguasai sebagian besar pulau tersebut. Berbeda dengan pemberontakan-pemberontakan sebelumnya, pemberontakan suku Sasak ini tidak mudah dipadamkan. 

Antropolog asal Belanda, Martin van Bruinessen dalam bukunya The Tarekat Naqsyabandiyah in Indonesia menerangkan bahwa pemberontakan suku Sasak berlangsung terus sampai tahun 1894, ketika Belanda mengirim pasukan militernya untuk campur tangan dan berhasil mengakhiri kekuasaan Bali atas pulau Lombok.

Dalam catatan Martin van Bruinessen, pusat pemberontakan itu berada di Praya dan pucuk pimpinannya adalah Guru Bangkol, seorang bangsawan setempat. Kemudian Belanda mengetahui identitas Guru Bangkol adalah seorang guru tarekat Naqsyabandiyah.

Sumber-sumber Belanda semuanya mengatakan Guru Bangkol menganut tarekat Naqsyabandiyah, tetapi sanak saudara Guru Bangkol yang diwawancarai Martin van Bruinessen mengatakan bahwa yang sebenarnya adalah tarekat Qadiriyah wa Naqsyabandiyah.

Pada masa pemberontakan yang dilakukan suku Sasak, pemerintah kolonial Belanda menemukan banyak pemuka suku Sasak lainnya adalah murid-murid Guru Bangkol. Tampaknya tarekat Naqsyabandiyah di sana merupakan faktor penting dalam pemberontakan, demikian pandangan Belanda waktu itu.

Read Entire Article
Ekonomi | Asset | Lokal | Tech|