Tik Tok Tik Tok! Rusia Simpan 'Bom Waktu' Ekonomi, Siap Meledak

5 hours ago 1

Jakarta, CNBC Indonesia - Rusia dilaporkan tengah menyimpan' bom waktu' ekonomi. Hal ini tergambar dari pengeluaran militernya untuk perang di Ukraina yang juga didanai oleh utang.

Mantan bankir investasi Morgan Stanley, Craig Kennedy, telah menjelaskan bagaimana Rusia mengharuskan bank untuk mengeluarkan pinjaman istimewa kepada perusahaan militer yang memungkinkan upaya perang Presiden Vladimir Putin di Ukraina.

Temuan Kennedy menunjukkan bahwa ekonomi Rusia dapat menghadapi keruntuhan perusahaan dan perbankan dengan pengeluaran militernya yang terus berlanjut. Ini menunjukkan bahwa dukungan Barat untuk Kyiv mungkin dapat melampaui kemampuan Moskow untuk mempertahankan perang yang melelahkan.

Desember lalu, Putin menyetujui anggaran pertahanan yang memecahkan rekor, menyisihkan 32,5% dari total pengeluaran pemerintah untuk tahun 2025, senilai US$ 126 miliar.

Kennedy mengatakan Rusia telah mengerahkan strategi dua jalur untuk mendanai pengeluaran tersebut. Pertama yakni melalui pengeluaran anggaran pertahanannya serta rencana di luar anggaran dengan ukuran yang sama. Ini diartikan sebagai paksaan bagi bank-bank Rusia untuk memberikan pinjaman istimewa kepada bisnis yang terkait dengan militer.

"Dalam periode tersebut, Rusia telah menghadapi ekspansi 71% dalam utang perusahaan senilai US$ 415 miliar atau 19,4% dari PDB, lebih tinggi dari pendapatan minyak dan gas serta pengeluaran anggaran pertahanan," kata Kennedy dalam buletin Navigating Russia, sebagaimana dikutip dari Newsweek, Selasa (14/1/2025).

"Itu berarti total biaya perang Rusia 'jauh melebihi' apa yang disarankan oleh pengeluaran anggaran resmi. Pendanaan pertahanan di luar anggaran ini semakin sulit dipertahankan selama paruh kedua tahun 2024, yang memicu inflasi dan menaikkan suku bunga untuk peminjam ekonomi riil hingga di atas 21%."

Ia mengatakan pinjaman bank preferensial senilai hingga US$250 miliar telah diberikan kepada kontraktor pertahanan, yang banyak di antaranya memiliki kredit buruk. Hal ini mendorong inflasi dan kenaikan suku bunga serta berisiko memicu krisis sistemik yang membuat semakin lama Moskow menunda mengakhiri perang.

Dalam melaporkan temuan Kennedy, Financial Times mengatakan bahwa Putin "berada di atas bom waktu keuangan yang terus berdetak buatannya sendiri" dan bahwa sekutu Kyiv harus menolak akses yang lebih besar bagi Moskow ke dana eksternal.

"Putin telah menguasai sistem perbankan Rusia, dengan bank-bank diharuskan untuk memberikan pinjaman kepada perusahaan-perusahaan yang ditunjuk oleh pemerintah dengan persyaratan preferensial yang dipilih," ungkapnya.

Meskipun menghadapi sanksi yang berat, media pemerintah Rusia mengatakan ada perkiraan pertumbuhan PDB sebesar 2,5% pada tahun 2025. Namun hal itu terjadi di tengah tingkat inflasi yang tinggi sebesar 8,9%, yang telah dipicu oleh kekurangan pekerja dan rekor suku bunga acuan.

"Langkah-langkah Bank Sentral Rusia untuk memerangi inflasi, seperti menaikkan suku bunga acuan, akan mengakibatkan berkurangnya jumlah barang dan jasa, harga eceran yang lebih tinggi, dan penurunan pendapatan riil bagi warga Rusia," kata ekonom Igor Liptis.


(luc/luc)

Saksikan video di bawah ini:

Putin Serang Ukraina Saat Natal, Jutaan Warga Terancam Kedinginan

Next Article Balas Dendam Putin Jadi Senjata Makan Tuan, Rusia 'Boncos' Rp 20 T

Read Entire Article
Ekonomi | Asset | Lokal | Tech|