FKL: Tren banjir di Aceh Tamiang mulai singkat dan perlu diantisipasi.
REPUBLIKA.CO.ID, BANDA ACEH, – Forum Konservasi Leuser (FKL) memperingatkan bahwa tren banjir di Aceh Tamiang semakin cepat dan mendekati siklus tiga tahun sekali seperti di Asia Tenggara. Hal ini diungkapkan oleh Rudi Putra, Senior Advisor FKL, dalam refleksi satu bulan pascabanjir bandang di Aceh Tamiang pada Jumat.
Menurut Rudi, tren banjir yang semakin cepat ini menandakan adanya kerusakan lingkungan yang serius dan perlu segera diantisipasi. Ia menegaskan bahwa jika pemerintah dan masyarakat Aceh Tamiang tidak segera mengambil langkah untuk menjaga dan merestorasi hutan, maka bencana serupa akan kembali terjadi dalam tiga tahun ke depan.
Rudi menyarankan agar dilakukan perubahan radikal, termasuk restorasi hutan dan penghentian penanaman kelapa sawit di kawasan hutan. "Tidak boleh ada lagi tanaman kelapa sawit di dalam kawasan hutan, baik ilegal maupun milik perusahaan atau perorangan," tegasnya.
Langkah-Langkah Mitigasi yang Disarankan
Selain itu, Rudi menekankan pentingnya menjaga sempadan sungai dari aktivitas penanaman kelapa sawit dan pembangunan lainnya. Menurutnya, normalisasi sungai bukanlah solusi efektif untuk mengatasi banjir, karena justru dapat meningkatkan risiko banjir di area tertentu.
Field Manager Regional 1 FKL, Zul Asfi, menambahkan bahwa banjir bandang pada 26 November 2025 diakibatkan oleh longsoran di bukit-bukit kawasan hutan yang diterjang hujan deras terus-menerus. Longsoran terparah tercatat di beberapa desa di Aceh Timur seperti Desa Aras Sembilan dan Jambo Rambong.Konten ini diolah dengan bantuan AI.
sumber : antara

2 hours ago
2

















































