Jakarta, CNBC Indonesia - Tujuan utama presiden terpilih Amerika Serikat (AS), Donald Trump, yang berambisi untuk mencaplok Greenland lambat laun mulai terkuak, yakni melibatkan persaingan dengan China.
Dalam upaya mempertahankan kontrol atas sumber daya mineral kritis di Greenland, pejabat AS dan Denmark tahun lalu melobi pengembang deposit mineral tanah jarang terbesar di pulau tersebut agar tidak menjual proyeknya kepada perusahaan yang terkait dengan China.
Greg Barnes, CEO Tanbreez Mining, menyatakan kepada Reuters bahwa pihaknya telah melakukan pembicaraan rutin dengan Washington terkait opsi pendanaan untuk mengembangkan mineral kritis di pulau tersebut.
Langkah ini menunjukkan minat ekonomi jangka panjang dari pihak AS terhadap wilayah Denmark tersebut, jauh sebelum Presiden AS terpilih, Donald Trump, menyatakan minatnya untuk mengakuisisi Greenland.
Tanah jarang memiliki sifat magnetik kuat yang membuatnya penting bagi industri teknologi tinggi, dari kendaraan listrik hingga sistem misil. Kebutuhannya yang sangat penting telah memicu persaingan sengit antara kepentingan China dan Barat untuk mengurangi dominasi hampir total China dalam ekstraksi dan pemrosesan.
Tekanan AS
Greg Barnes menyatakan bahwa pejabat AS yang mengunjungi proyek di selatan Greenland dua kali tahun lalu, berkali-kali menyampaikan pesan kepada Tanbreez Mining yang sedang mengalami kesulitan keuangan: jangan menjual deposit besar tersebut kepada pembeli yang terkait dengan Beijing.
"Kami menghadapi banyak tekanan untuk tidak menjual ke China," kata Tony Sage, CEO Critical Metals, kepada Reuters, dikutip Jumat (10/1/2025).
Tanbreez akhirnya dijual kepada Critical Metals yang berbasis di New York sebagai bagian dari kesepakatan kompleks yang akan selesai akhir tahun ini. Tanbreez berencana menambang 500.000 metrik ton mineral eudialyte yang mengandung tanah jarang setiap tahunnya mulai 2026.
Barnes menerima pembayaran US$5 juta tunai dan US$211 juta dalam bentuk saham Critical Metals, jauh lebih rendah daripada tawaran dari perusahaan China.
Minat Investasi AS
Penjualan Tanbreez ke Critical Metals menunjukkan bahwa pejabat AS lebih berhasil di Greenland dibandingkan di Afrika, di mana mereka berusaha mengimbangi cengkeraman China di kawasan kaya mineral di Afrika Tengah.
"Sementara Greenland tidak dijual, wilayah ini terbuka untuk bisnis," kata Dwayne Menezes, kepala lembaga think tank Polar Research and Policy Initiative yang berbasis di London. "Greenland menyambut investasi lebih besar dari AS."
Proyek tanah jarang saingan di Greenland dari Energy Transition Minerals, yang memiliki China Shenghe sebagai pemegang saham terbesar, telah terhenti di tengah sengketa hukum yang berkepanjangan.
Pembicaraan dengan Washington
Sementara itu, Donald Trump Jr. tiba di Nuuk dalam kunjungan pribadi pada Selasa, sehari setelah ayahnya mengulangi minatnya untuk mengambil alih pulau itu. Denmark berulang kali menyatakan bahwa Greenland, yang merupakan bagian dari kerajaan dengan otonomi sendiri, tidak untuk dijual.
Kunjungan itu terjadi dua bulan setelah seorang pejabat Departemen Luar Negeri AS menghabiskan empat hari di ibu kota pulau tersebut untuk mendorong investasi pertambangan Barat di sana.
Critical Metals mengajukan pendanaan untuk mengembangkan fasilitas pemrosesan tanah jarang dari Departemen Pertahanan AS tahun lalu, tetapi proses tinjauan terhenti menjelang Trump menjabat pada 20 Januari. Sage mengatakan dia berharap pembicaraan akan dilanjutkan setelah pelantikan Trump dan tim transisi Trump telah menghubunginya.
"Kami sudah dalam pembicaraan dengan AS untuk menjual tanah jarang dan membangun pabrik pemrosesan di AS," kata Sage.
Investor terbesar ketiga Critical Metals adalah perusahaan pialang Cantor Fitzgerald, yang dipimpin oleh Howard Lutnick, yang dinominasikan Trump untuk memimpin Departemen Perdagangan AS. Sage mengatakan dia tidak pernah bertemu atau berbicara dengan Lutnick, tetapi mengakui bahwa investasi Cantor merupakan hal positif bagi perusahaannya.
Deposit Tanbreez mengandung sekitar 30% tanah jarang berat, yang banyak digunakan dalam aplikasi pertahanan. Situs ini juga mengandung gallium, yang dikenakan pembatasan ekspor oleh China tahun lalu. Critical Metals telah mengadakan pembicaraan pasokan dengan kontraktor pertahanan Lockheed Martin dan memiliki pembicaraan mendatang dengan RTX dan Boeing.
Lockheed menyatakan pihaknya terus menilai rantai pasokan tanah jarang untuk memastikan akses ke material kritis.
Sementara itu, GreenRoc telah mengajukan lisensi eksploitasi untuk mengembangkan proyek grafit Greenland dan telah mengadakan pembicaraan pendanaan dengan pejabat AS dalam setahun terakhir, menurut CEO Stefan Bernstein. Selain itu, Neo Performance Materials dan Anglo American juga sedang mengeksplorasi di pulau tersebut.
(luc/luc)
Saksikan video di bawah ini:
Video: Trump 'Ngotot' Mau Beli Greenland
Next Article Rencana Gila Trump: Mau Beli Pulau Terbesar Dunia & 'Akuisisi' Kanada