Jakarta, CNBC Indonesia - Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo memperkirakan pertumbuhan ekonomi dunia bakal turun setelah presiden terpilih AS Donald Trump resmi dilantik pada Januari 2025 mendatang.
Perry mengungkapkan ekonomi dunia berisiko melambat ke kisaran 3,1% pada tahun depan dan kembali turun menjadi 3% pada 2026. Hanya AS, menurut Perry, yang akan memiliki pertumbuhan ekonomi positif pada 2025 dan 2026.
"Dunia akan menurun, tetapi perpindahan satu negara dan negara lain berbeda-beda,. Ekonomi dunia akan menurun dari sekarang 3,2% ke 3,1% tahun 2025 dan turun ke 3% di tahun 2026" kata Perry, dalam acara Seminar Kafegama, Sabtu (14/12/2024).
Sementara ekonomi AS menguat, Perry melihat ekonomi China dan Eropa akan jatuh. Kemudian, Jepang diyakini akan 'survive'. Adapun, ekonomi India diperkirakan akan melambat menjadi 5,4% pada 2025.
Dalam kesempatan ini, Perry mengingatkan inflasi AS akan kembali meningkat dan Federal Reserve kemungkinan hanya akan memangkas suku bunganya sebanyak 2 kali pada tahun depan. Padahal, pasar sebelumnya memperkirakan pemangkasan Fed Fund Rate akan mencapai 4 kali pada 2025.
"Fed Fund Rate akan turun lebih sedikit," ujarnya. Kemudian, imbal hasil US Treasury, obligasi AS, meningkat tajam dan memperkuat posisi dolar AS. Kondisi ini memicu investor global berlomba-lomba ingin investasi di pasar AS.
"Itu masalahnya suku bunga tinggi dan dolarnya kuat," ungkap Perry.
Perry pun juga menyebutkan ada beberapa negara yang akan terimbas cukup besar dari kebijakan Trump. Seperti diketahui, sebelum resmi dilantik, Trump sudah memberikan ancaman tarif bea masuk tinggi bagi negara-negara yang memiliki surplus besar dalam neraca perdagangan dengan AS.
Negara-negara tersebut a.l. China, Kanada, Meksiko, Eropa dan Vietnam. "Untuk China, Trump sekarang sudah merencanakan tarif minimal 25% pada tahun depan," ujarnya. Kemudian, kebijakan imigrasi akan sangat ketat bagi semua warga asing. Setiap orang asing yang bekerja di AS, tetapi tidak memiliki izin sah akan diusir.
Kebijakan-kebijakan ini dilakukan supaya ekspor AS naik dan impornya turun. Kemudian, lapangan kerja akan tersedia bagi warga negara sah AS. Pada akhirnya, kebijakan ini diharapkan Trump bisa mendorong ekonomi AS.
Untuk Indonesia, Perry melihat neraca perdagangan dengan AS memang surplus, tetapi nilainya tidak besar. Tetapi, dia mengingatkan RI tetap harus hati-hati.
"Kita harus berjalan ekspor dan impornya, meski RI surplusnya tidak terlalu besar tapi kita harus understand how to deal with AS," ungkapnya. Jika Indonesia bermasalah dalam hal perdagangan dengan AS, jangan berhadapan melalui WTO atau lembaga lainnya. Pendekatannya harus personal.
Lebih baik, kata Perry, RI menambah impor dari AS dengan tetap mendorong ekspor, sambil menjaga posisi surplus.
(haa/haa)
Saksikan video di bawah ini:
Video: Dunia Bergejolak, Gubernur BI Sebut Ekonomi Melambat di 2025
Next Article Bocoran Gubernur BI: Defisit Transaksi Berjalan Kuartal II Rendah