Ada Titik Megathrust, BMKG Ingatkan Jogja Petaka Bisa Datang Tiba-Tiba

3 hours ago 9

Jakarta, CNBC Indonesia - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengingatkan, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) alias Jogja merupakan daerah rawan gempa bumi dan tsunami. Karena itu, Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengatakan, penting memperkuat kesiapsiagaan masyarakat menghadapi potensi gempa bumi dan tsunami di DIY.

Dia mengungkapkan, tingginya aktivitas seismik di wilayah selatan Jawa. Hal ini, tegasnya, menuntut peningkatan kapasitas masyarakat pesisir dalam memahami tanda bahaya serta peringatan dini.

Dwikorita mengingatkan, bencana bisa datang tanpa ada pemberitahuan atau peringatan awal.

Hal itu disampaikan Dwikorita saat membuka Sekolah Lapang Gempa bumi dan Tsunami (SLG) di Kulon Progo, Selasa (23/9/2025). Kegiatan ini disebut sebagai kepedulian negara membangun masyarakat yang siaga dan tangguh menghadapi ancaman bencana gempa bumi serta tsunami.

Dwikorita membeberkan, Yogyakarta, khususnya wilayah pesisir selatan, memiliki tingkat aktivitas seismik yang tinggi.

"Dalam kurun sepuluh tahun terakhir, tercatat 114 kejadian gempa bumi dengan magnitudo di atas 5, dua kali gempa bumi merusak, serta 44 guncangan yang dirasakan masyarakat. Bahkan, berdasarkan Peta Sumber dan Bahaya Gempa Indonesia (PUSGEN 2017), potensi gempa bumi megathrust di selatan Jawa bisa mencapai magnitudo M8,8 yang berpotensi memicu tsunami besar," kata Dwikorita dalam keterangan resmi, Rabu (24/9/2025).

"Ancaman ini nyata dan bisa terjadi tiba-tiba. Karena itu, kesiapsiagaan harus terus diperkuat. SLG ini adalah wujud kepedulian negara untuk melindungi keselamatan masyarakat dari bencana gempa bumi dan tsunami," ujar Dwikorita.

Karena itu, dia berharap SLG di Kulon Progo ini menjadi momentum untuk memperkuat kapasitas daerah dalam menghadapi bencana. Peran aktif masyarakat, tegasnya, penting dalam meneruskan ilmu dan pengalaman yang diperoleh dari program ini.

"Kabupaten Kulon Progo menjadi wilayah strategis karena tidak hanya berada di kawasan rawan bencana, tetapi juga menjadi pintu gerbang wisata Yogyakarta dengan keberadaan Yogyakarta International Airport (YIA)," sebutnya.

Menurut Dwikorita, YIA sebagai satu-satunya bandara di Indonesia, bahkan di Asia Tenggara atau mungkin di dunia, yang sejak awal dirancang khusus untuk menghadapi ancaman gempabumi megathrust dan tsunami.

"Keberadaan YIA adalah simbol kesiapsiagaan bencana. Dengan desain khusus tersebut, Kulon Progo memiliki peluang menjadi contoh daerah tangguh bencana. Ketangguhan inilah yang akan menjaga rasa aman masyarakat sekaligus meningkatkan kepercayaan wisatawan dan investor," ujar Dwikorita.

Selain SLG, sambungnya, BMKG juga menggelar sejumlah program untuk penguatan mitigasi bencana. Program edukasi di sekolah telah menjangkau 166 sekolah dengan lebih dari 20 ribu peserta. Menurutnya, sampai saat ini sudah ada 6 desa di Yogyakarta yang telah diakui sebagai Masyarakat Siaga Tsunami.

"Bencana memang tidak bisa kita cegah, tetapi dampaknya bisa kita kurangi. Dengan kesiapsiagaan, kita tidak hanya menyelamatkan nyawa, tetapi juga memastikan pembangunan dan pariwisata tetap berkelanjutan," ucap Dwikorita.

Kata Dwikorita, program-program SLG, Masyarakat Siaga Tsunami, serta BMKG Goes To School, dirancang untuk menumbuhkan kesadaran dan kemampuan masyarakat merespons tanda bahaya serta memahami peringatan dini.

Dwikorita menegaskan, implementasi 12 Indikator Tsunami Ready yang ditetapkan UNESCO-IOC, seperti pembangunan rambu evakuasi, peta bahaya tsunami, hingga rencana kontinjensi, harus segera diwujudkan di daerah-daerah pesisir.

"Jika indikator tersebut dipenuhi, target zero victim bukan mustahil tercapai. Kuncinya adalah sinergi pemerintah daerah, masyarakat, dan swasta dalam membangun kesiapsiagaan yang berkelanjutan," ucapnya.


(dce/dce)
[Gambas:Video CNBC]

Next Article Gempa M5,2 Guncang Nias, Pusatnya di Zona Megathrust Mentawai Siberut

Read Entire Article
Ekonomi | Asset | Lokal | Tech|