Jakarta , CNBC Indonesia - Wakil Ketua Umum Asosiasi Pemasok Energi, Mineral, dan Batu bara Indonesia (Aspebindo) Fathul Nugroho menyebut Indonesia memiliki posisi strategis sebagai negara eksportir batu bara terbesar di dunia. Fathul menekankan bahwa Indonesia memiliki potensi untuk lebih berperan dalam menentukan harga batu bara global dan bisa memanfaatkan posisi tersebut untuk menciptakan harga yang lebih menguntungkan bagi pasar domestik.
"Indonesia bukan hanya konsumen batu bara, tetapi juga pemain kunci di pasar global. Kami perlu menegaskan posisi Indonesia dalam menentukan harga batu bara, yang seharusnya lebih adil bagi industri domestik," ujar Fathul dikutip dari keterangan tertulis, Senin (18/11/2024).
Fathul juga menyebutkan bahwa Menteri ESDM Bahlil Lahadalia, pernah mengungkapkan rencana Indonesia untuk menciptakan indeks harga batu bara nasional. Meski harga batu bara di Indonesia tidak dapat sepenuhnya lepas dari fluktuasi pasar internasional, adanya indeks harga nasional akan memberi Indonesia lebih banyak kontrol atas harga komoditas penting ini.
Selain itu, Fathul juga mengkritisi kebijakan kenaikan tarif royalti untuk Izin Usaha Pertambangan (IUP) yang saat ini berada di kisaran 3-7%, serta sekitar 13% untuk Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batu bara (PKP2B). Menurutnya, kebijakan tersebut berdampak pada profitabilitas perusahaan-perusahaan pemegang izin.
"Kenaikan tarif royalti yang progresif ini akan sangat membebani perusahaan-perusahaan kecil dan menengah yang beroperasi di sektor ini. Hal ini memerlukan evaluasi kembali agar tidak merugikan industri yang sudah menghadapi banyak tantangan," ujar Fathul.
Sebagai langkah alternatif, Aspebindo mengusulkan pembentukan Indonesia Green Coal Index, yang dapat mencakup pajak karbon sebagai bagian dari upaya mendukung transisi energi bersih. Usulan ini sejalan dengan rencana pemerintah untuk mengenakan pajak karbon pada 2025, setelah sempat tertunda pada 2024.
Sementara itu, Komite Marketing APBI-ICMA Marsudi Wijaya menambahkan bahwa meski Indonesia dan PLN berkomitmen untuk mempercepat pengembangan Energi Baru Terbarukan (EBT) dan energi bersih lainnya, kontribusi batu bara dalam pembangkit listrik PLN diperkirakan akan tetap signifikan hingga 2030.
"PLN terus berupaya mengembangkan energi terbarukan, namun batu bara masih akan menjadi sumber utama energi pembangkit listrik, dengan kontribusi mencapai 60% pada tahun 2030," ujar Marsudi.
Dia juga menekankan pentingnya strategi yang seimbang antara pengembangan energi bersih dan pemanfaatan batu bara yang berkelanjutan.
Sebagai informasi, Aspebindo mengadakan webinar dengan tema "Mencari Format Harga Batu bara yang Berkeadilan." Webinar ini bertujuan untuk mempertemukan berbagai pemangku kepentingan-termasuk pejabat pemerintah, pelaku industri, dan akademisi-dalam merumuskan solusi harga batu bara yang mampu mendukung keberlanjutan sektor energi di Indonesia.
Acara ini dihadiri oleh perwakilan dari Direktorat Jenderal Mineral dan Batu bara (Dirjen Minerba), PLN EP, Asosiasi Pertambangan Batu bara Indonesia (APBI-ICMA), serta PT Arutmin, dan diisi dengan diskusi tentang tantangan yang dihadapi industri batu bara domestik.
(rah/rah)
Saksikan video di bawah ini:
Andalkan Batu Bara Cs, Surplus Neraca Dagang Bisa Lanjut di Prabowo?
Next Article Perkuat Ekspor, Pengusaha Butuh Rupiah Stabil & Impor Ilegal Dibasmi