Bom Waktu PD 3 Dekat RI Memanas, Tetangga Respons Rudal Typon AS

4 hours ago 1

Jakarta, CNBC Indonesia - Militer Filipina mengatakan pada hari Senin bahwa mereka berencana untuk mengakuisisi sistem rudal Typhon Amerika Serikat (AS) untuk melindungi kepentingan maritimnya. Ini terkait tumpang tindih yang terjadi dengan China.

Rudal Typon AS, sistem rudal jarak menengah, berada di Filipina utara awal tahun ini saat Angkatan Darat AS mengerahkan sistem rudal jarak menengah itu dalam latihan militer gabungan tahunan dengan Manila. Washington kemudian memutuskan untuk meninggalkannya di sana.

Sejak saat itu, sistem itu telah digunakan oleh pasukan Filipina untuk berlatih operasinya. Kritik kencang muncul dari Beijing bahwa sistem itu mengganggu stabilitas Asia.

"Sistem itu direncanakan akan diakuisisi karena kami melihat kelayakan dan fungsinya dalam konsep implementasi pertahanan kepulauan kami," kata Kepala Angkatan Darat Filipina Letnan Jenderal Roy Galido dalam konferensi pers, dikutip AFP, Senin (23/12/2024).

"Saya senang melaporkan kepada rekan senegara kita bahwa tentara Anda tengah mengembangkan kemampuan ini untuk kepentingan melindungi kedaulatan kita," katanya, seraya menambahkan jumlah total yang akan diperoleh akan bergantung pada "ekonomi".

Sebagai aturan, tambah Galido, dibutuhkan setidaknya dua tahun atau lebih bagi militer Filipina untuk memperoleh sistem persenjataan baru dari tahap perencanaan. Ia menambahkan bahwa sistem itu belum dianggarkan untuk tahun 2025.

Rudal Typon AS dikembangkan oleh perusahaan AS Lockheed Martin untuk Angkatan Darat. Senjata itu memiliki jangkauan 300 mil (480 kilometer) meskipun versi jarak yang lebih jauh sedang dalam pengembangan.

Sementara itu, Menteri Pertahanan Cina Dong Jun memperingatkan pada bulan Juni. Pengerahan Typhon, tegasnya, sangat merusak keamanan dan stabilitas regional.

Sebelumnya, Profesor dari University of Tennessee, Krista Wiegand, menyebutkan bahwa 'bom waktu' Perang Dunia Ketiga (PD3) berada di dekat Indonesia. Hal ini diungkapkannya dalam sebuah wawancara bersama FreightWaves, merujuk Laut China Selatan (LCS).

China diketahui telah mengklaim hampir seluruh wilayah LCS selama beberapa dekade dan membuatnya bersitegang dengan banyak negara ASEAN. Tak hanya Filipina tapi juga Vietnam, Taiwan, dan Brunei, termasuk Indonesia di Natuna Utara.

Klaim ini pun menyeret AS yang merupakan rival dari Beijing. Wiegand mengatakan memang AS tidak memiliki klaim kedaulatan langsung atau hak maritim unik di lautan tersebut tapi jalur perairan itu bisa mempercepat perang pecah antara AS dan China.

Jika AS terlibat dalam perang apa pun dengan China, kemungkinan besar itu akan terjadi di Taiwan," kata Wiegand kepada FreightWaves dalam sebuah wawancara yang juga dikutip Oilprice.

"Namun pada saat yang sama, ada kemungkinan kecelakaan atau semacam krisis terjadi di LCS. Misalnya, jika kapal AS bertabrakan dengan kapal angkatan laut China atau ada rudal yang ditembakkan ke kapal perusak atau fregat AS, itu pasti akan menyebabkan semacam krisis yang mungkin meningkat," tambahnya.

"Tidak ada yang menginginkan perang, tentu saja, termasuk China, tetapi mereka jelas menginginkan LCS, dan ada kemungkinan perang itu mungkin terjadi," ujarnya profesor yang juga direktur Pusat Keamanan Nasional dan Urusan Luar Negeri di Sekolah Kebijakan Publik dan Urusan Publik Howard J. Baker itu.


(sef/sef)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Kapal Perang China Kepung Taiwan, Taipei Siaga Ketat

Next Article Siaga Laut China Selatan Membara, Filipina Bentrok dengan China

Read Entire Article
Ekonomi | Asset | Lokal | Tech|