Bos SKK Migas Buka-bukaan Alasan RI Masih Butuhkan Investasi Migas

2 months ago 23

Jakarta, CNBC Indonesia - Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) menyampaikan bahwa sektor minyak dan gas (migas) masih memegang peranan penting. Khususnya bagi perekonomian nasional.

Sekretaris SKK Migas Luky A. Yusgiantoro mengatakan, bahwa hampir 50% dari permintaan energi primer masih berbasis pada sektor migas ini. Oleh sebab itu, perlu upaya untuk peningkatan produksi mengingat 38% kebutuhan minyak RI masih dipenuhi dari impor.

"Alasan mengapa minyak dan gas hulu masih memegang peranan penting, pertama-tama, hampir 50% dari permintaan energi primer masih berbasis minyak dan gas," ujar Luky dalam acara CNBC Indonesia Road to Outlook - Energy Edition with ExxonMobil dengan tema "Energy Demand and Supply Outlook Through 2050" di Jakarta, Selasa (18/2/2025).

Sementara itu, di Indonesia sendiri masih terdapat 120 cekungan yang berpotensi mengandung sumber migas. Adapun dari 120 cekungan tersebut, 60 cekungan diantaranya masih dapat dieksplorasi.

Ia lantas mengungkapkan pentingnya sektor migas untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Sebab selain memberikan sumbangsih terhadap penerimaan negara, sektor ini juga memiliki efek ganda atau multiplier effect bagi masyarakat sekitar.

"Saya baca di koran ada kajian yang dilakukan Kementerian Keuangan, dan di koran disebutkan bahwa setiap tambahan 10.000 barel minyak per hari, per kapita, akan menghasilkan penerimaan negara sebesar 1 triliun rupiah," katanya.

Chris Birdsall, Director of Energy & Economics ExxonMobil dalam paparannya menyebutkan, bahwa sesuai dengan skenario IPCC PBB minyak dan gas pada tahun 2050 masih menjadi 'tulang punggung' sistem energi di dunia. Bahkan, ketika energi terbarukan mulai tumbuh.
Mengutip datanya: di tahun 2023 penggunaan minyak dan gas bumi mencapai 56%, sementara batu bara mencapai 24%, nuklir 5%, bioenergy 9% dan non biomasa 6%. Adapun untuk tahun 2050 penggunaan energi terbarukan seperti non biomassa meningkat 30%, bioenergi 17% dan nuklir 10%. Sementara batu bara mengalami penurunan signifikan menjadi 5%.

Adapun minyak dan gas bumi juga turun, namun tercatat datanya masih tinggi atau mencapai 38%.

"Perlu diketahui bahwa tidak ada skenario yang bergantung 100% pada energi terbarukan dan tidak ada skenario yang sepenuhnya menghilangkan minyak dan gas pada tahun 2050. Ini memperkuat betapa pentingnya migas bagi pertumbuhan ekonomi dan pembangunan manusia," ungkap Chris Birdsall, dalam acara CNBC Indonesia Road to Outlook - Energy Edition with ExxonMobil dengan tema "Energy Demand and Supply Outlook Through 2050" di Jakarta, Selasa (18/2/2025).

Di samping itu, ia berharap pertumbuhan investasi di sektor hulu migas harus tetap dijaga. Pasalnya, apabila tidak ada investasi, maka akan berdampak pada penurunan produksi migas secara global.

"Jika dunia menghentikan semua investasi, pasokan yang ada akan turun drastis hingga 15% setiap tahun," ujar Chris.

Ia lantas menegaskan pentingnya kontribusi dari negara-negara seperti Indonesia, kemudian perusahaan migas seperti ExxonMobil. Terutama untuk terus berinvestasi di sektor hulu guna memenuhi kebutuhan energi global.

"Tidak hanya berinvestasi di ladang-ladang yang sudah ada, tetapi juga mencari sumber daya baru di seluruh dunia, karena sangat penting untuk memenuhi permintaan yang terus meningkat itu," kata dia.


(pgr/pgr)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Investasi Migas RI Tak Lagi "Seksi", Gimana Nasib Lifting RI?

Next Article Perusahaan Minyak AS Bakal Garap 3 Proyek Baru Rp 7,15 Triliun di RI

Read Entire Article
Ekonomi | Asset | Lokal | Tech|