Jakarta, CNBC Indonesia - Siapa sangka ternyata benda luar angkasa menyimpan potensi mineral langka yang bisa 'ditambang' salah satunya yang dilakukan oleh perusahaan asal Amerika Serikat (AS). Pendiri perusahaan AstroForge yang berbasis di California percaya bahwa mereka akan menjadi yang pertama sampai ke sana, dan perusahaan itu telah mengambil langkah tentatif pertama.
Pada 27 Februari 2025, perusahaan meluncurkan wahana antariksa nirawak pertamanya senilai US$ 6,5 juta dengan roket SpaceX Falcon 9 dari Kennedy Space Center di Florida. Sekitar sembilan hari kemudian, AstroForge yakin wahana antariksa tersebut - yang diberi nama Odin - kemungkinan besar telah melewati bulan dan memasuki luar angkasa sesuai rencana. Sayangnya, AstroForge mengalami masalah komunikasi besar dengan Odin.
Perusahaan tersebut berharap Odin kini telah memasuki perjalanan sembilan bulan menuju tujuan misinya yaitu terbang melintasi asteroid 2022 OB5 yang telah dipilih dengan saksama, sekitar 8 juta km (lima juta mil) dari Bumi, yang akan dinilai komposisinya oleh Odin menggunakan sensornya.
AstroForge memperkirakan banyak rintangan dan katanya, telah belajar banyak bahkan jika kontak tidak dilakukan dengan pesawat antariksa ini lagi.
"Ya, masih banyak langkah kecil yang harus diambil. Tetapi kami akan mulai melakukannya. Anda harus mencoba," katanya dilansir dari BBC, dikutip Senin (24/3/2025).
Foto: via REUTERS/NASA
A nearby planetary system is seen in detail in our first look at an asteroid belt outside our solar system in infrared light in a composite image taken by the James Webb Telescope and released by NASA on May 8, 2023. Webb reveals there are actually 3 belts, including 2 never-before-seen inner belts, around the star of Fomalhaut. The 3 nested belts here extend out to 14 billion miles (23 billion km) from the star, 150 times the distance of Earth from our Sun. NASA/ESA/Handout via REUTERS THIS IMAGE HAS BEEN SUPPLIED BY A THIRD PARTY
Setelah peluncuran lebih lanjut tahun depan, perusahaan berencana untuk mengembangkan cara menambang asteroid dekat Bumi untuk logam berharga dan terkonsentrasi yang terkandung di dalamnya - khususnya logam golongan platinum yang penting bagi sebagian besar sel bahan bakar dan teknologi terbarukan kita. Para ilmuwan telah menyoroti bahwa penambangan di Bumi semakin mahal - secara finansial, lingkungan, sosial, dan bahkan geopolitik.
Di lain sisi, Ian Lange, profesor madya di Colorado School of Mines, sebuah lembaga penelitian teknik dengan program sumber daya antariksa, menekankan bahwa saat ini pihaknya hanya dapat memperkirakan rintangan teknologi penambangan asteroid.
"Dahulu kala hanya pemerintah yang dapat melakukan hal semacam ini atau memiliki akses ke teknologi tersebut, dan mereka tidak pernah menggunakannya dengan efisien," kata Joel Sercel, pendiri TransAstra, perusahaan yang berbasis di Los Angeles yang mengembangkan berbagai teknologi untuk sektor penambangan asteroid yang masih baru.
Namun, perkembangan paling penting untuk penambangan asteroid adalah bahwa kini menjadi jauh lebih mudah dan lebih murah dari sebelumnya untuk membawa muatan ke orbit, karena privatisasi industri luar angkasa dan pengembangan roket yang dapat digunakan kembali.
(wur)
Saksikan video di bawah ini:
Video: Setelah Dilarang, Tiktok Kini Bisa Diakses Lagi di AS
Next Article Pungut Batu Dikira Emas Ternyata Harta Karun Langka