Cuaca Ekstrem Dorong Lonjakan Klaim Asuransi Sepanjang 2025

2 hours ago 1

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Cuaca ekstrem sepanjang 2025 mendorong peningkatan klaim asuransi di Indonesia, terutama akibat bencana hidrometeorologi seperti banjir dan cuaca ekstrem. Tren ini mencerminkan meningkatnya frekuensi dan tingkat keparahan bencana alam yang berdampak langsung pada ketahanan finansial masyarakat dan dunia usaha.

Direktur Teknik Operasi Indonesia Re Delil Khairat mengatakan, lonjakan klaim bencana alam tahun ini merupakan kelanjutan tren beberapa tahun terakhir. Klaim terbesar tercatat terjadi di Jakarta dan sekitarnya pada Maret, disusul Bali, serta wilayah Sumatra pada akhir tahun.

“Frekuensi dan severity bencana alam, terutama yang terkait iklim, meningkat secara konsisten dari tahun ke tahun. Sepanjang 2025 kita mencatat klaim besar mulai dari Jakarta dan sekitarnya pada Maret, kemudian Bali, dan puncaknya saat ini di wilayah Sumatra,” ujar Delil dalam siaran pers, Senin (29/12/2025).

Menurut Delil, banjir besar di Aceh, Sumatra Utara, dan Sumatra Barat berpotensi menimbulkan klaim dengan nilai signifikan. Namun proses penghitungan klaim masih menghadapi kendala akses lapangan sehingga verifikasi kerugian belum dapat dilakukan secara cepat.

“Hambatan akses untuk melakukan verifikasi dan penilaian kerugian membuat proses klaim menjadi lebih kompleks. Bahkan hingga kini, tim klaim dan loss adjuster masih menghadapi kesulitan untuk turun langsung ke lokasi,” jelasnya.

Jika nilai klaim tergolong besar, penanganannya melibatkan tidak hanya asuransi dan reasuransi domestik, tetapi juga reasuransi global. Struktur perlindungan risiko bencana umumnya berlapis, mulai dari polis asuransi, reasuransi lokal, hingga retrocession dengan reasuransi internasional.

“Dengan skala seperti ini, risiko harus disebar secara internasional agar stabilitas industri tetap terjaga,” kata Delil.

Dari sisi lini bisnis, asuransi umum diperkirakan menjadi sektor paling terdampak akibat kerusakan fisik aset, terutama pada asuransi harta benda dan kendaraan bermotor. Sementara itu, klaim asuransi jiwa juga meningkat akibat korban jiwa dan biaya perawatan, meski nilainya relatif lebih kecil.

Delil menambahkan, peningkatan klaim bencana turut memengaruhi proses pembaruan perjanjian reasuransi. Tren ini diperkirakan berdampak pada penyesuaian harga, retensi, dan kapasitas reasuransi ke depan, seiring meningkatnya risiko terkait perubahan iklim.

Selain klaim bencana, Indonesia Re juga mencatat kenaikan klaim non-bencana sepanjang 2025, yang sebagian dipengaruhi penerapan PSAK 117. Standar akuntansi tersebut mendorong percepatan pengakuan premi dan klaim serta pengelolaan liabilitas yang lebih disiplin.

“PSAK 117 memaksa industri memperbaiki proses bisnis agar siklus pengakuan premi dan klaim berjalan lebih cepat dan lebih disiplin. Ini juga berkontribusi pada meningkatnya visibilitas klaim sepanjang tahun 2025,” kata Delil.

Read Entire Article
Ekonomi | Asset | Lokal | Tech|