Jakarta, CNBC Indonesia - Penggunaan tarif oleh Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump sebagai senjata untuk mendapatkan konsesi dalam segala hal mulai dari perdagangan hingga imigrasi, termasuk perdagangan narkoba, dapat mengubah norma perdagangan global.
Sejak pelantikannya pada 20 Januari, Trump telah mengumumkan rencana tarif menyeluruh ke sejumlah negara, di antaranya Kanada dan Meksiko (25%) serta China (10%).
Terbaru, Senin, Trump pun memberlakukan pungutan baja dan aluminium yang luas hingga 25%. Trump melihat tarif sebagai cara untuk meningkatkan pendapatan, memperbaiki ketidakseimbangan perdagangan, dan menekan negara-negara untuk bertindak atas kekhawatiran AS.
"Namun, tingkat ketidakpastian tentang kebijakan perdagangan pada dasarnya telah meledak," kata peneliti senior di Peterson Institute for International Economics, Maurice Obstfeld, dikutip AFP, Selasa (11/2/2025).
Ia berujar analis sebenarnya bisa memprediksi di mana tarif mungkin dikenakan berdasarkan variabel ekonomi. Tetapi mendasarkan kebijakan perdagangan pada tujuan non-ekonomi dapat membuat segalanya menjadi kacau.
"Taktik Trump dapat menyebabkan penarikan rantai pasokan global," tegasnya.
"Negara-negara yang berusaha melepaskan diri dari pasar AS jika tingkat risiko dianggap terlalu tinggi," ujarnya.
Dikatakannya pula bahwa skala ancaman tarif Trump saat ini lebih besar dari sebelumnya. Meskipun pada periode sebelumnya, 2017-2021, ia mengenakan bea masuk yang besar pada impor baja dan aluminium bersamaan dengan pungutan pada ratusan miliar dolar dalam produk-produk China, ia kini telah mengancam semua mitra AS.
Trump pun telah berjanji untuk memberlakukan "tarif timbal balik" untuk menyamai pungutan yang dikenakan pemerintah lain terhadap barang-barang AS. Ia juga memerintahkan peninjauan defisit perdagangan AS paling lambat tanggal 1 April.
Di mana mereka akan merekomendasikan langkah-langkah seperti tarif tambahan global untuk mengatasi defisit. Bea masuk menyeluruh, jika diberlakukan, dapat memengaruhi lebih dari US$3 triliun barang impor.
Namun alasan Trump untuk mengenakan pungutan lebih dari sekadar perdagangan. Ini setidaknya diakui calon menteri perdagangan Trump Howard Lutnick kepada anggota parlemen pada sidang konfirmasinya bulan lalu saat ia mengatakan "ini bukan tarif semata, ini adalah tindakan kebijakan dalam negeri".
"Saya kira tidak seorang pun akan terkejut dengan tarif atau ancaman tarif ini," kata seorang peneliti senior di Mercatus Center, Christine McDaniel.
"Trump sudah sangat jelas bahwa ia melihatnya sebagai alat penting dalam perangkatnya," tambah mantan pejabat dalam pemerintahan George W. Bush.
"Ia memandang hal ini sebagai alat negosiasi, seperti halnya upayanya untuk menyeimbangkan perdagangan."
Sementara itu, Stephen Moore, penasihat eksternal Trump yang sudah lama bekerja, melihat tarif sebagai cara untuk "memberi insentif" kepada negara-negara agar bertindak demi kepentingan AS. Ia mengatakan bahwa mitra seperti Kanada, Meksiko, dan China berisiko mengalami kerugian ekonomi yang lebih besar daripada AS.
Meskipun ia yakin pendekatan Trump efektif, ia mengakui bahwa pendekatan itu bisa berbahaya. Apalagi jika memicu meningkatnya ketegangan perdagangan dengan mitra seperti Kanada.
"Washington menginginkan "ekonomi yang kuat dan stabil di Meksiko," imbuh Moore, yang juga peneliti tamu senior di The Heritage Foundation.
Di sisi lain, peneliti kebijakan perdagangan di Council on Foreign Relations, Inu Manak, memperingatkan bahwa tarif Trump bisa menjadi bumerang. Selain mengancam tarif balasan, warga Kanada juga memicu "respons budaya" dengan orang-orang mencemooh lagu kebangsaan AS di acara olahraga.
"Ini benar-benar merusak reputasi AS dan saya pikir itu adalah sesuatu yang perlu kita khawatirkan dalam jangka panjang," katanya.
WTO Tak Berguna
Sementara itu, ancaman Trump membuat Badan Perdagangan Dunia (WTO) tak berguna. McDaniel mengatakan risiko tarif sepihak dapat mengacaukan perdagangan global.
"Apa gunanya keanggotaan WTO ketika salah satu negara terbesar di dunia dapat mengancam tarif untuk alasan keamanan nasional dengan cara yang begitu agresif?" tanyanya di laman yang sama.
"Ini jelas mengacaukan rencana dalam hal bagaimana kita telah memikirkan peran lembaga perdagangan internasional, aturan perdagangan internasional, dan perjanjian perdagangan," katanya.
(sef/sef)
Saksikan video di bawah ini:
Video: China Protes Kebijakan Tarif Trump ke WTO
Next Article Dunia Makin Kacau, China Respons Perang Dagang Jilid II Trump