Harianjogja.com, JOGJA—Platform komunikasi populer, Discord, pada Rabu (8/10) mengumumkan bahwa sekitar 70.000 pengguna mungkin telah menjadi korban kebocoran data sensitif. Insiden ini terjadi setelah peretas berhasil membobol vendor pihak ketiga yang digunakan Discord untuk mengelola proses banding terkait usia (age appeal).
Dalam proses banding tersebut, pengguna yang dicurigai di bawah umur atau berada di wilayah dengan kewajiban verifikasi identitas diminta mengirimkan:
- Swafoto (selfie) sambil memegang kartu identitas resmi.
- Nama pengguna (username) Discord mereka.
Discord menyatakan bahwa data yang terekspos juga mungkin mencakup alamat IP pengguna, yang dapat mengungkapkan lokasi umum tempat tinggal mereka. Pihak Discord telah menghubungi pengguna yang terdampak secara langsung.
Meskipun Discord melaporkan 70.000 pengguna terdampak, situs berita 404 Media melaporkan bahwa pelanggaran data ini mungkin jauh lebih besar. Peretas mengklaim telah mencuri data sebesar 1,5 terabita, yang secara signifikan melebihi jumlah 70.000 gambar yang diakui Discord.
Menanggapi klaim tersebut, seorang juru bicara Discord mengatakan kepada The Verge bahwa klaim peretas "tidak benar dan merupakan bagian dari upaya untuk memeras pembayaran."
Kebocoran data Discord ini kembali menyoroti kekhawatiran yang telah lama disuarakan oleh para aktivis hak digital terhadap penggunaan verifikasi usia sebagai upaya untuk membuat internet lebih "aman."
Undang-undang yang mengharuskan pengguna mengunggah data sensitif seperti kartu identitas pemerintah telah diberlakukan di sekitar separuh negara bagian Amerika Serikat, umumnya menargetkan situs web konten dewasa. Bahkan, situs seperti Pornhub memilih untuk memblokir akses dari negara-negara bagian tersebut demi menghindari implementasi verifikasi usia.
Di Eropa, Undang-Undang Keamanan Daring (Online Safety Act) di Inggris yang berlaku sejak Juli lalu mewajibkan lebih banyak platform (termasuk YouTube, Spotify, Google, X, dan Reddit) untuk memverifikasi usia pengguna, yang secara tidak langsung meningkatkan risiko kebocoran data sensitif serupa.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News