Jakarta, CNBC Indonesia - Hamas membebaskan empat perempuan tentara Israel dalam pertukaran dengan 200 tahanan Palestina, di tengah ketegangan akibat tertundanya pembebasan sandera lain yang membuat Israel menunda kembalinya ratusan ribu warga Gaza ke wilayah utara Jalur Gaza yang hancur akibat perang.
Empat tentara Israel tersebut, yaitu Karina Ariev, Daniella Gilboa, Naama Levy, dan Liri Albag, disambut kerumunan besar di Kota Gaza sebelum dibawa menggunakan kendaraan Palang Merah menuju pasukan Israel. Keempatnya sebelumnya diculik pada 7 Oktober 2023 saat Hamas menyerang pos pengamatan tempat mereka bertugas di perbatasan Gaza.
Sementara itu, 200 tahanan Palestina yang dibebaskan meninggalkan penjara militer Ofer di Tepi Barat dengan bus, disambut oleh kerumunan besar di Ramallah. Layanan Penjara Israel mengonfirmasi bahwa semua tahanan telah dibebaskan, termasuk beberapa yang divonis hukuman seumur hidup atas keterlibatan dalam serangan yang menewaskan puluhan orang.
Namun, kegembiraan atas pembebasan tersebut dibayangi oleh penundaan pembebasan sandera Israel lainnya, Arbel Yehud (29), yang diculik bersama kekasihnya dari rumah mereka di Kibbutz Nir Oz.
Juru bicara militer Israel menyebut penundaan ini sebagai pelanggaran kesepakatan gencatan senjata, sementara Hamas menyatakan bahwa hal tersebut terjadi karena masalah teknis dan berjanji akan membebaskannya pada Sabtu berikutnya.
Menanggapi insiden ini, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengumumkan bahwa warga Gaza tidak akan diizinkan kembali ke wilayah utara hingga masalah tersebut terselesaikan. Hamas mengecam langkah ini sebagai pelanggaran kesepakatan gencatan senjata, yang mencakup pembebasan sandera dan kembalinya warga Gaza ke wilayah utara.
Ketegangan di Jalur Gaza
Penundaan ini memicu ketegangan di kalangan warga Gaza. Ribuan orang dengan barang bawaan mereka memadati jalan pesisir, berharap dapat kembali ke rumah mereka di utara Gaza.
Namun, tentara Israel dilaporkan menembakkan tembakan peringatan ke arah kerumunan, yang menyebabkan satu orang tewas dan dua lainnya terluka, menurut petugas medis setempat.
Zaki Kashef (26), yang telah tinggal di tempat penampungan selama lebih dari setahun, menyatakan kekecewaannya.
"Saya tidak akan kembali ke tenda. Di mana mediator? Mengapa mereka tidak bisa memaksa Israel menghormati kesepakatan ini?" katanya melalui aplikasi pesan, sebagaimana dikutip dari Reuters, Minggu (26/1/2025).
Rincian Pertukaran Sandera dan Tahanan
Menurut kesepakatan gencatan senjata, Hamas berkomitmen membebaskan 33 sandera perempuan, anak-anak, lansia, sakit, dan terluka dalam tahap pertama, sementara Israel akan membebaskan 30 tahanan untuk setiap warga sipil dan 50 tahanan untuk setiap tentara yang dibebaskan.
Sebagian dari 200 tahanan Palestina yang dibebaskan pada Sabtu termasuk anggota militan yang dihukum atas serangan mematikan. Sebanyak 70 dari mereka dideportasi ke Mesir, dengan kemungkinan dikirim ke Turki, Qatar, atau Aljazair. Sisanya dibebaskan ke Gaza dan Tepi Barat.
Meskipun gencatan senjata yang dimediasi oleh Qatar dan Mesir telah menghentikan pertempuran untuk pertama kalinya dalam lebih dari setahun, ketegangan masih tinggi. Sejak awal perang pada Oktober 2023, lebih dari 47.000 warga Palestina di Gaza tewas, menurut otoritas kesehatan setempat, sementara Israel melaporkan lebih dari 400 tentaranya tewas dalam pertempuran di Gaza.
Sementara itu, keluarga sandera yang masih ditahan khawatir gencatan senjata akan runtuh sebelum pembebasan mereka. Sebagian warga Israel mendesak agar pertempuran dilanjutkan untuk mencegah Hamas kembali menguasai Gaza. Hamas, di sisi lain, menyatakan bahwa pembebasan semua sandera hanya akan terjadi jika perang benar-benar berakhir.
Dengan 90 sandera masih berada di Gaza, negosiasi lebih lanjut menjadi kunci untuk menentukan masa depan gencatan senjata ini serta potensi resolusi konflik yang telah berlangsung lama.
(luc/luc)
Saksikan video di bawah ini:
Video: Kantor Netanyahu Klaim Sandera Hamas Dibebaskan Hari Minggu
Next Article Dibunuh Israel, Ini Kisah Korban Tewas Tertua dan Termuda di Gaza