Jakarta, CNBC Indonesia - Serangan udara Israel dekat bangunan perumahan di pusat kota Beirut menewaskan sedikitnya 20 orang pada hari Sabtu (23/11/2024), kata Kementerian Kesehatan Lebanon. Serangan ini merupakan bagian dari agresi militer Israel yang semakin intensif untuk menekan Hizbullah agar melakukan perjanjian gencatan senjata.
Melansir laporan New York Times, serangan itu adalah upaya untuk membunuh seorang komandan militer utama Hizbullah, Mohammad Haidar, menurut pengakuan tiga pejabat pertahanan Israel yang meminta tidak disebutkan namanya untuk membahas operasi militer yang sensitif. Pejabat Hizbullah pada Sabtu sore mengatakan bahwa tidak ada pemimpin kelompok tersebut yang berada di lokasi serangan udara. Pejabat Israel juga mengkonfirmasi mengatakan Haidar tidak terbunuh.
Selama seminggu terakhir, pasukan darat Israel melakukan serangan lebih dalam ke Lebanon selatan sementara Israel mengintensifkan pemboman di Dahiya, daerah pinggiran selatan Beirut yang secara efektif diperintah oleh Hizbullah.
Jumlah korban tewas dalam serangan terbaru ini diperkirakan akan meningkat, dan sedikitnya 66 orang terluka, menurut Kementerian Kesehatan. Serangan tersebut terjadi tepat setelah pukul 4 pagi, mengejutkan warga Beirut dengan ledakan dahsyat yang menyebabkan sebagian besar kota diselimuti asap tajam. Ini adalah serangan ketiga pada minggu ini di pusat kota Beirut, sebuah wilayah yang sebagian besar tidak terkena serangan sejak perang antara Hizbullah dan Israel meningkat.
Menteri Kesehatan Lebanon, Firass Abiad, mengatakan serangan udara itu menghantam sebuah gedung bertingkat yang diyakini menampung sedikitnya 35 orang di lingkungan Basta di Beirut, sebuah daerah yang merupakan rumah bagi Muslim Sunni dan Syiah dan dekat dengan beberapa kedutaan besar negara-negara Barat. Hizbullah adalah kelompok militan Syiah dan komunitas Syiah di Lebanon selatan dan timur yang menjadi korban serangan Israel selama beberapa bulan terakhir.
Perang di Lebanon telah menewaskan lebih dari 3.500 orang dan memaksa hampir seperempat penduduknya meninggalkan rumah mereka. Beberapa warga Syiah yang melarikan diri dari Dahiya telah mengungsi di Basta, menurut warga di daerah tersebut.
Perang tersebut telah menjadi konflik paling berdarah di Lebanon sejak perang saudara selama 15 tahun di negara itu, yang berakhir pada tahun 1990.
(fsd/fsd)
Saksikan video di bawah ini:
Video: Hizbullah Gempur Israel, Tembakkan 80 Roket
Next Article Israel Bombardir Beirut, 14 Tewas Termasuk Pemimpin Senior Hizbullah