REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Abdullah bin Ja'far dikenal sebagai seorang yang sangat dermawan. Suatu ketika, Abdullah bin Ja'far melewati sebuah kebun, ia melihat seorang hamba sahaya sedang bekerja mengumpulkan buah kurma di kebun itu.
Beberapa saat kemudian, anak dari majikannya membawa dua potong roti untuk hamba sahaya tersebut yang sedang bekerja di kebun. Hamba sahaya itu duduk untuk makan roti tersebut.
Tiba-tiba, hamba sahaya itu melihat seekor anjing datang ke arahnya sambil menggerakkan ekornya. Kemudian hamba sahaya itu melemparkan rotinya, anjing itu pun segera menangkapnya dan memakannya.
Kemudian anjing itu mendekat lagi sambil menggerakkan ekornya. Maka hamba sahaya itu melemparkan rotinya yang kedua untuk anjing yang sedang kelaparan itu.
Kemudian, hamba sahaya itu kembali bekerja di kebun kurma.
Abdullah bin Ja'far merasa heran melihat apa yang telah dilakukan hamba sahaya itu.
Penuh rasa penasaran, Abdullah bin Ja'far mendekat dan bertanya, "Wahai hamba sahaya, berapa roti yang engkau makan setiap hari?"
Hamba sahaya itu menjawab, "Seperti yang engkau lihat."
Abdullah bin Ja'far bertanya, "Mengapa engkau lebih mendahulukan anjing itu?"
Hamba sahaya itu menjawab, "Tanah kami ini bukan tempat anjing-anjing biasa berkeliaran. Maka aku tahu bahwa anjing itu datang ke sini karena kelaparan. Oleh sebab itu, aku lebih mendahulukannya daripada diriku sendiri."
Abdullah bin Ja'far berkata, "Bagaimana dengan engkau hari ini?"
Hamba sahaya itu menjawab, "Aku akan tidur dalam kelaparan."
Abdullah bin Ja'far berkata, "Banyak orang memujiku sebagai seorang yang dermawan, ternyata hamba sahaya ini lebih dermawan daripada diriku."
Abdullah bin Ja'far pun pergi menemui tuan majikan hamba sahaya itu, ia meminta agar tuannya itu sudi menjual hamba sahaya itu kepadanya.
Tuannya berkata, "Mengapa engkau ingin membelinya?"
Abdullah bin Ja'far memberitahukan apa yang telah ia saksikan di kebun kurma. Maka Abdullah bin Ja'far ingin membeli dan membebaskan hamba sahaya itu. Kemudian membeli kebun itu dan menghadiahkannya kepada hamba sahaya itu.
Tuan majikan dari hamba sahaya dermawan itu berkata, "Engkau ingin melakukan itu karena melihat satu kebaikan yang dilakukan hamba sahaya itu, sedangkan kami menyaksikan banyak keajaiban dari dirinya setiap hari. Aku jadikan engkau sebagai saksi, aku membebaskannya (memerdekakan) hamba sahaya itu karena Allah dan kebun kurma tersebut aku berikan kepadanya sebagai hibah."
Demikian kisah seorang hamba sahaya yang bersedekah dengan ikhlas, dikutip dari buku Sa'atan Sa'atan yang ditulis Syekh Mahmud Al-Mishri diterjemahkan Ustaz Abdul Somad.