
BISNISTIME.COM, DEPOK -- Kadang manusia merasa beruntung ketika impiannya menjadi kenyataan, tanpa peduli apakah impian itu benar atau keliru. Namun sejatinya, orang yang benar-benar beruntung adalah mereka yang mampu bersyukur. Siapa yang bersyukur, dialah yang beruntung.
Pertanyaannya, bisakah kita tetap bersyukur saat hidup tidak baik-baik saja? Banyak orang akan meragukannya. Apalagi ketika berada dalam kondisi kekurangan, terbatas secara ekonomi, minim persediaan makanan, dan masa depan terasa tak menentu.
Tetapi, apakah seseorang bisa disebut beruntung bila memiliki banyak uang, namun lalai mengingat Allah? Justru bisa jadi harta itu menyeretnya pada kesengsaraan.
Sesungguhnya, yang kerap merisaukan manusia adalah urusan keseharian. Padahal, Allah telah memberikan berbagai kebutuhan kita bahkan tanpa kita minta.
Syukur atas Nikmat-Nya
Coba bayangkan, seseorang memiliki uang Rp1 triliun, tetapi tidak bisa makan. Apakah uang itu bisa menggantikan nikmat makan? Atau, bayangkan seorang dokter yang sedang melakukan operasi, lalu Allah ambil penglihatannya hanya beberapa detik saja. Apa yang akan terjadi dengan pasien dan dokter tersebut?
Seperti kata Gus Baha, banyak orang mudah mengeluh hanya karena perkara uang. Seakan-akan Allah tidak peduli jika uang kita berkurang. Padahal, dalam Al-Qur’an Allah telah menegaskan:
“Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak dapat menentukan jumlahnya.” (QS. An-Nahl: 18)
Menariknya, dalam ayat itu, kata nikmat disebut dalam bentuk tunggal, bukan jamak. Artinya, satu saja nikmat dari Allah sudah begitu besar nilainya. Bisa melihat, misalnya, adalah nikmat luar biasa.
Mari perluas pandangan kita terhadap nikmat Allah. Bahkan rasa kantuk ketika mengemudi saja bisa menjadi ancaman besar. Itu pun bagian dari nikmat Allah yang sering tak kita sadari.
Bersyukur itu Lebih Baik
Karena itu, cara terbaik mengisi 24 jam kehidupan adalah dengan memperbanyak syukur. Lalu bagaimana bisa bersyukur jika hidup penuh masalah dan ujian?
Ingatlah, para Nabi dan Rasul pun diuji dengan beban amat berat. Namun mentalitas mereka tetap tenang, tenteram, penuh syukur, dan optimis.
Bersyukur berarti membangun kebaikan bagi diri sendiri. Sebaliknya, jika kufur, Allah tidak akan dirugikan sedikit pun (QS. Luqman: 12). Bahkan Allah menjanjikan balasan besar bagi hamba yang bersyukur (QS. Ali Imran: 144).
Lebih dari itu, Allah berfirman:
“Mengapa Allah akan menyiksamu, jika kamu bersyukur dan beriman? Dan Allah Maha Mensyukuri lagi Maha Mengetahui.” (QS. An-Nisa: 147)
Apa itu Syukur?
Syukur adalah kesadaran mendalam bahwa Allah senantiasa menyayangi kita. Kesadaran itu membuat hati dan akal ringan menerima serta menjalankan perintah-Nya dengan penuh kebahagiaan.
Pendek kata, orang yang bersyukur tidak akan menempuh jalan negatif sebagai solusi dari persoalan hidupnya.
Mas Imam Nawawi