Petugas menyiapkan Makan Bergizi Gratis (MBG) di SPPG Cimahi, Jawa Barat. ANTARA - Lintang Budiyanti Prameswari.
Harianjogja.com, JOGJA - Komisi D DPRD DIY melakukan pemantauan langsung terhadap jalannya program Makan Bergizi Gratis (MBG) di sejumlah sekolah menengah atas di berbagai wilayah. Kunjungan tersebut dilakukan untuk memastikan implementasi program nasional tersebut berjalan sesuai tujuan di lapangan.
Sekretaris Komisi D DPRD DIY, Muhammad Syafi’i, menjelaskan bahwa kegiatan monitoring difokuskan pada beberapa sekolah sebagai sampel, di antaranya SMAN 1 Gamping dan SMAN 1 Banguntapan. Menurutnya, langkah ini bertujuan menilai pelaksanaan program sekaligus menelusuri persoalan teknis yang mungkin muncul di tingkat satuan pendidikan.
“Kami tidak mengunjungi semua sekolah, jadi dipilih beberapa sebagai sampel. Dari situ kami bisa melihat bagaimana teknis pelaksanaan di lapangan, termasuk kendala yang mungkin membebani pihak sekolah,” ujar Syafi’i, Senin (6/10/2025).
Syafi’i menekankan bahwa evaluasi rutin sangat dibutuhkan karena program MBG merupakan bagian dari kebijakan nasional yang pelaksanaannya bergantung pada peran aktif pemerintah daerah. Ia mengingatkan pentingnya kolaborasi lintas pihak untuk memastikan sasaran program tercapai.
“Tujuan besar dari program ini adalah mendukung terbentuknya generasi emas Indonesia. Maka sinergi antara Badan Pangan Nasional, pemerintah daerah, dan pihak sekolah menjadi sangat penting,” tambahnya.
Ketua Komisi D DPRD DIY, RB Dwi Wahyu menyoroti aspek komunikasi antara pihak sekolah dan penyedia makanan. Ia menilai, koordinasi yang baik akan berdampak langsung pada kualitas menu yang disajikan kepada peserta didik.
“Menu yang diberikan harus tetap memenuhi standar gizi dan sesuai kebutuhan anak-anak. Karena itu, sekolah dan penyedia layanan gizi perlu terus berkomunikasi secara intensif,” jelasnya.
Ia juga menyampaikan bahwa pengawasan lapangan sangat penting untuk memastikan efektivitas program. Meski tidak ditemukan kasus keracunan, Dwi Wahyu mengingatkan agar proses distribusi makanan diperhatikan dengan ketat.
“Jangan sampai ada jeda waktu terlalu lama antara proses memasak dan penyajian. Kalau terlalu lama, makanan bisa cepat basi dan berisiko bagi kesehatan siswa,” terangnya.
Pihaknya juga turut memberikan sejumlah masukan teknis terkait penyimpanan dan penanganan makanan di sekolah. Salah satunya mengenai kebersihan wadah penyajian.
“Tempat makan sebaiknya tidak diletakkan langsung di lantai karena bisa menyebabkan kontaminasi silang. Idealnya ditaruh di atas meja. Selain itu, menu MBG juga perlu lebih banyak mengangkat bahan pangan lokal dan sehat, bukan makanan cepat saji,” tandasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News