Mal di Jakarta Sepi Awal Ramadan, Tanda Apa? Pengusaha Buka Suara!

5 hours ago 1

Jakarta, CNBC Indonesia - Memasuki awal bulan Ramadan, suasana di pusat perbelanjaan tampak lebih lengang dibandingkan hari-hari biasa. Termasuk dibandingkan dengan Ramadan pada tahun-tahun sebelumnya.

Berdasarkan pantauan CNBC Indonesia, pada beberapa mal di wilayah pusat dan selatan Jakarta situasinya tampak sepi. Misalnya ketika jelang berbuka puasa, restoran dan sejenisnya masih sepi pembeli. Begitu pun dengan akhir pekan. Toko pakaian, sepatu dan lainnya juga tampak tidak begitu ramai.

Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Pusat Belanja Indonesia (APPBI), Alphonzus Widjaja ikut mencermati hal tersebut. Dia berpandangan pusat perbelanjaan atau mal akan kembali meningkat pada pertengahan pekan menuju akhir Ramadan. Pasalnya, masyarakat mulai berbelanja untuk lebaran atau menyelenggarakan buka puasa bersama.

Alphonzus memperkirakan bahwa puncak kunjungan ke pusat perbelanjaan akan terjadi pada minggu ketiga bulan puasa.

"Biasanya, lonjakan pengunjung terjadi saat Tunjangan Hari Raya (THR) dibayarkan, yang umumnya berlangsung dua minggu sebelum Idul Fitri. Pada periode ini, masyarakat mulai berburu berbagai kebutuhan Lebaran, seperti pakaian baru, makanan, dan hadiah untuk sanak saudara," jelasnya kepada CNBC Indonesia

Kondisi ini menjadi perhatian bagi para pengusaha pusat perbelanjaan. Meskipun awal Ramadan relatif sepi, pusat perbelanjaan tetap optimis jumlah pengunjung akan kembali meningkat seiring dengan tradisi belanja Lebaran yang sudah menjadi kebiasaan tahunan masyarakat Indonesia.

Efek Daya Beli Melemah ?

Jika melihat Data Mandiri Spending Index (MSI),nilai belanja masyarakat terjadi perlambatan di satu minggu menjelang Ramadan yakni ke 236,2.

Pola ini merupakan anomali karena tidak terjadi di tahun-tahun sebelumnya. Mandiri Spending Index (MSI) yang menurun jelang Ramadhan terakhir kali terjadi pada Maret 2020 atau lima tahun yang lalu dengan nilai 58.

Untuk diketahui, pada Maret 2020 merupakan awal pandemi Covid-19 yang menyebabkan terjadinya perlambatan konsumsi belanja masyarakat.

Secara historis, Ramadan merupakan puncak konsumsi masyarakat Indonesia. Konsumsi juga biasanya sudah melonjak sebelum Ramadan terutama untuk kebutuhan makanan dan minuman. Ramadan tahun ini jatuh pada 1 Maret 2025.

Menurunnya nilai belanja menjadi salah satu kemungkinan terjadinya deflasi Februari 2025. Seperti diketahui, Badan Pusat Statistik (BPS) merilis data Indeks Harga Konsumen (IHK) Indonesia periode Februari 2025 yang terpantau deflasi baik secara bulanan (-0,48% mtm) maupun tahunan (-0,09% yoy).

Deflasi (mtm) juga terjadi pada Januari 2025 sehingga deflasi sudah terjadi dua bulan beruntun. Yang mengagetkan deflasi juga terjadi secara tahunan. Ini adalah kali pertama Indonesia mencatat deflasi tahunan dalam 25 tahun terakhir.

Deflasi bulanan dan tahunan ini justru terjadi menjelang Ramadan di mana biasanya terjadi inflasi tinggi.


(mij/mij)

Saksikan video di bawah ini:

Video: RI Deflasi Jelang Ramadan, Bukti Daya Beli Rakyat RI Melemah?

Next Article Video: Hobi "Nongkrong" di Mal Jadi "Obat" Deflasi

Read Entire Article
Ekonomi | Asset | Lokal | Tech|