Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah memastikan rencana implementasi biodiesel B40 tidak akan mengganggu produksi minyak goreng (migor) nasional maupun ekspor minyak kelapa sawit mentah (crude palm oil/ CPO) dan turunannya. Hal ini disampaikan Deputi II Bidang Koordinasi Pangan dan Agribisnis Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Dida Gardera saat ditemui usai Seminar Rumah Sawit Indonesia (RSI) di Jakarta, Senin (18/11/2024).
Apalagi, Presiden Prabowo Subianto telah menyatakan rencana Indonesia akan memulai upaya implementasi b50 di tahun 2025 nanti.
Dida menjelaskan, kebutuhan minyak goreng nasional yang berkisar 10-11 juta ton per tahun, masih jauh di bawah total produksi minyak sawit nasional yang mencapai 50 juta ton per tahun. Dengan demikian, penerapan B40 dipastikan tidak akan mempengaruhi pasokan migor.
"Kalau (untuk stok pangan) aman, kan relatif minyak goreng itu hanya sekitar 10-11 juta ton per tahun. Karena kan kita produksi 50 juta, jadi seharusnya nggak ada kendala lah," kata Dida.
Pemerintah juga menjamin ekspor minyak kelapa sawit dan produk turunannya akan tetap berjalan meskipun ada peningkatan konsumsi domestik untuk program biodiesel. Menurutnya, implementasi B40 hanya akan meningkatkan konsumsi sekitar 2-3 juta kiloliter per tahun, yang relatif kecil dibandingkan total produksi nasional.
"Ekspor kita yang kurang lebihnya tetap sama lah. Tapi kan semua itu bukan hanya dipengaruhi oleh mandatori biodiesel, tetapi juga oleh kondisi harga dan pasar global. Kalau harga jual (domestik) lebih baik kenapa mesti ekspor, kan ini dibutuhkan. Jadi kan semua tergantung dari masing-masing perusahaan," ujarnya.
Sementara terkait penyediaan bahan baku untuk mendukung implementasi B40, Dida menegaskan, sampai dengan saat ini belum ada kebijakan untuk ekspansi lahan sawit baru. Fokus utama adalah meningkatkan produktivitas melalui intensifikasi lahan sawit yang sudah ada.
"Sejauh ini nggak ada, belum ada kebijakan untuk ekspansi. Kita lebih fokus ke intensifikasi," ucap dia.
Penyebab Harga Minyak Goreng Berfluktuasi
Dida juga menyoroti peningkatan konsumsi sawit untuk biodiesel tidak akan langsung mempengaruhi harga pangan, termasuk minyak goreng. Fluktuasi harga lebih banyak dipengaruhi oleh mekanisme pasar dan daya beli masyarakat.
"Jadi nggak melulu gara-gara ketersediaannya. Kalau itu berlebih atau kurang, itu kan ada strategi masing-masing. Tapi sejauh ini kan setelah 3 bulan terakhir, (harga migor) masih tinggi tapi kan relatif stabil. Makanya kan 5 bulan sebelum Oktober ini sektor pangan deflasi. Dan bagusnya NTP (nilai tukar petani) itu meningkat, karena biasanya kalau inflasi NTP juga ikut meningkat. Sekarang deflasi tapi pendapatan petani meningkat, kan bagus," jelasnya.
Lebih lanjut, Dida menjelaskan program biodiesel merupakan bagian dari strategi pemerintah untuk mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil sekaligus menurunkan emisi gas rumah kaca (GRK). Dida memastikan kebijakan ini dirancang sedemikian rupa agar tidak mengganggu sektor-sektor lain yang bergantung pada minyak sawit.
Dengan jaminan pemerintah terhadap pasokan bahan baku dan stabilitas ekspor, penerapan B40 diharapkan dapat berjalan lancar tanpa mengganggu kebutuhan domestik, termasuk untuk produksi minyak goreng, sekaligus mendukung tujuan keberlanjutan energi Indonesia.
"Pelaksanaan Program Biodiesel ini tidak hanya terbatas untuk kedaulatan energi nasional, tetapi program tersebut juga diharapkan dapat memberikan dampak positif terhadap stabilisasi harga CPO, mengurangi emisi Gas Rumah Kaca (GRK), dan mengurangi defisit neraca perdagangan melalui pengurangan impor bahan bakar," pungkasnya.
Target Prabowo
Sebelumnya, Presiden RI Prabowo Subianto dalam pidatonya di Indonesia-Brazil Business Forum, Rio de Janerio menegaskan bahwa Indonesia akan mengembangkan produksi biodiesel 50% atau B50 pada tahun 2025. Produksi diesel dicampur dengan minyak kelapa sawit itu akan dilakukan oleh Indonesia sendiri.
Prabowo mengakui, bahwa Brazil memang negara yang lebih maju dalam penggunaan energi bio fuel dari tanaman. "Anda sangat sukses dengan bioetanol dan kami akan masuk ke biodiesel, memproduksi diesel dari minyak kelapa sawit," ungkap Prabowo, dikutip Senin (18/11/2024).
Saat ini, ungkap Prabowo, Indonesia sudah berhasil memakai biodiesel 35% atau B35. Di tahun depan, Indonesia akan meluncurkan B40.
"Kami ingin meningkatkan jadi 50% pada tahun 2025," tegas Prabowo.
(dce)
Saksikan video di bawah ini:
Video: Tekan Inflasi Daerah, Mendagri Awasi 5 Bahan Pangan
Next Article Percepat Program Biodiesel B40 Prabowo, RI Butuh Kebun Sawit Khusus