Riset Asing: Ekonomi RI 2025 Lebih Buruk dari Target Pemerintah

14 hours ago 1

Jakarta, CNBC Indonesia - Organisasi riset internasional, ASEAN+3 Macroeconomic Research Office atau AMRO memperkirakan, pertumbuhan ekonomi Indonesia sepanjang tahun ini masih akan tumbuh di kisaran 5,0%.

Proyeksi itu bahkan tak jauh berbeda dari realisasi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun lalu yang sebesar 5,03%. Bahkan, lebih rendah dari target yang dicanangkan pemerintahan Presiden Prabowo Subianto sebesar 5,3%.

"Staf AMRO memproyeksikan ekonomi Indonesia akan mempertahankan pertumbuhan yang kuat sebesar 5,0 persen pada tahun 2025," kata Ekonom Utama AMRO Sumio Ishikawa dalam siaran pers hasil kunjungan tahunan ke Indonesia pada 3-14 Februari 2025, Rabu (5/3/2025).

Ishikawa mengatakan, laju pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun ini masih akan didorong oleh konsumsi domestik, didukung oleh kebijakan pemerintah seperti makanan bergizi gratis, subsidi kepada rumah tangga berpenghasilan rendah, PPN 12% hanya untuk barang mewah.

BI kata dia juga ikut membantu dorongan pertumbuhan pada tahun ini dengan kebijakan penurunan suku bunga pada awal tahun ini menjadi 5,75%, hingga pemberian insentif likuiditas terkait rasio giro wajib minimum (GWM) untuk mendorong penyaluran kredit perbankan kepada UMKM dan sektor-sektor sasaran yang mendukung pertumbuhan dan penciptaan lapangan kerja.

"Permintaan domestik diperkirakan akan tetap kuat, didukung oleh kebijakan yang mendukung pertumbuhan, termasuk penerapan program prioritas pemerintah yang baru. Koordinasi kebijakan tetap menjadi kunci untuk mempertahankan stabilitas dan pertumbuhan di tengah lingkungan eksternal yang penuh tantangan," ucap Ishikawa.

Meski begitu, AMRO menganggap, BI harus mengkalibrasi ulang bauran kebijakannya untuk mendorong pertumbuhan sambil menjaga stabilitas moneter. Sebab, mereka menganggap inflasi di Indonesia cenderung terus terkendali di kisaran sasaran BI 2,5% plus minus 1%.

"Karena inflasi domestik diperkirakan akan tetap terkendali, penurunan suku bunga lebih lanjut dapat dipertimbangkan untuk mendukung perekonomian sejalan dengan dinamika global dan domestik, asalkan nilai tukar rupiah sejalan dengan fundamental dan volatilitasnya tidak berlebihan," kata para peneliti AMRO.

Bagi pemerintah, AMRO menganggap, kebijakan yang harus ditempuh untuk terus mendorong pertumbuhan lebih tinggi ialah dengan meningkatkan mobilisasi pendapatan dan memprioritaskan kembali pengeluaran.

"Pemerintah harus meningkatkan upaya untuk meningkatkan mobilisasi pendapatan dan memprioritaskan kembali pengeluaran untuk mendorong pertumbuhan ekonomi," tulis AMRO dalam rilisnya.

Berbagai kebijakan ini menjadi rekomendasi AMRO mempertimbangkan risiko dan tantangan yang terutama berasal dari kebijakan baru pemerintah AS dan potensi ketegangan perdagangan global yang meningkatkan ketidakpastian pertumbuhan di mitra dagang utama, terutama China, AS, dan Eropa.


(arj/mij)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Kontribusi Industri Manufaktur ke PDB Capai 18,98 % Pada 2024

Next Article Video: PR Berat 100 Hari Pemerintahan Prabowo-Gibran

Read Entire Article
Ekonomi | Asset | Lokal | Tech|