Ilustrasi Ledakan. / Freepik
Harianjogja.com, SAGAING—Serangan bom yang dijatuhkan dari paralayang bermotor (paramotor) telah menewaskan sedikitnya 24 orang dan melukai 47 lainnya. Insiden tragis ini terjadi di kotapraja Chaung U, wilayah Sagaing, Myanmar tengah, pada Senin (6/10/2025) malam, saat warga tengah merayakan festival Thadingyut.
Menurut laporan BBC, sekitar 100 orang menghadiri acara tersebut ketika dua bom dijatuhkan ke arah kerumunan massa. Serangan mematikan ini disebut dilakukan oleh pasukan yang terkait dengan junta militer Myanmar.
Serangan paramotor Myanmar ini bukan hanya menargetkan perayaan agama. Acara tersebut juga disebut sebagai bentuk protes damai warga terhadap kebijakan junta, termasuk penolakan wajib militer dan seruan pembebasan Aung San Suu Kyi serta tahanan politik lainnya.
Dampak ledakan sangat parah. Salah satu penyelenggara mengatakan kepada AFP bahwa banyak jenazah korban yang sulit diidentifikasi. "Anak-anak benar-benar tercabik-cabik. Kami masih mengumpulkan potongan tubuh dari tanah," ungkapnya.
Paramotor kini menjadi taktik baru militer Myanmar. Strategi ini muncul setelah pasukan junta mengalami kekurangan pesawat tempur dan helikopter akibat sanksi internasional yang membatasi akses mereka terhadap peralatan militer.
Amnesty International merespons keras serangan paramotor Myanmar ini. Peneliti Myanmar di Amnesty, Joe Freeman, menyebutnya sebagai tanda peringatan serius bahwa warga sipil di Myanmar membutuhkan perlindungan segera.
Myanmar telah dilanda perang saudara sejak kudeta militer menggulingkan pemerintahan sipil pada 2021. Menurut PBB, lebih dari 5.000 warga sipil tewas akibat konflik bersenjata yang meluas di berbagai wilayah.
Di tengah situasi tersebut, junta berencana menggelar pemilu nasional pada Desember 2025, pemungutan suara pertama sejak perebutan kekuasaan. Namun, para pengamat menilai pemilu itu tidak akan bebas dan adil, melainkan hanya akan memperkuat dominasi junta di panggung politik.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News