Starlink Masuk, Kerajaan Bisnis Ambani Terancam Runtuh

3 days ago 9

Daftar Isi

Jakarta, CNBC Indonesia - Layanan internet berbasis Starlink milik Elon Musk makin dekat untuk mengantongi izin operasi di India. Analis menyebutnya sebagai kemenangan bagi Musk karena membuka jalan untuk meraup pasar yang tengah berkembang pesat dalam penetrasi jaringan internet.

Masih ada beberapa proses legal yang perlu dilengkapi untuk mengoperasikan Starlink di India. Layanan di bawah SpaceX tersebut juga menghadapi persaingan di sektor internet satelit yang kian masif dari Eutelsat dan SpaceSail.

Eutelsat merupakan perusahaan internet satelit asal Prancis, sementara SpaceSail berasal dari China. Keduanya makin agresif mengekspansi layanan ke negara-negara berkembang, seperti Brasil, Malaysia, dan Kazakhstan.

Kendati demikian, jika semuanya lancar, ekspansi Starlink ke India memiliki potensi terhadap pemasukan perusahaan senilai US$25 miliar atau setara Rp414,6 triliun, dikutip dari Reuters, Rabu (26/3/2025).

"Starlink yang mendapatkan kontrak [di India] merupakan kemenangan strategis dan demonstrasi bahwa mereka telah berhasil mengatasi tantangan yang tampaknya tidak dapat diatasi oleh sebagian besar operator lain," kata spesialis komunikasi satelit independen Davis Mathew Kuriakose.

"Dari sudut pandang Starlink, India tidak hanya meningkatkan kredibilitas, tetapi juga merupakan ujian penting bagi kelayakan ekonominya di pasar negara berkembang," ia menambahkan.

SpaceX telah menanti-nanti sejak 2022 untuk mendapatkan lisensi dalam menggelar internet Starlink di India. Namun, Starlink terhambat oleh regulasi terkait alokasi spektrum di negara tersebut dan dominasi dari raksasa operator seluler lokal Reliance Jio milik orang terkaya India dan Asia Mukesh Ambani.


Starlink tidak segera menanggapi permintaan komentar.

Ketegangan Elon Musk dan Crazy Rich India Mukesh Ambani

Starlink dan Reliance Jio berseteru secara publik terkait apakah pemerintah India harus menggelar lelang untuk spektrum satelit, atau menggunakan skema alokasi spektrum yang menjadi tren di berbagai belahan dunia lain.

Jika menggunakan skema lelang spektrum, Reliance Jio akan diuntungkan karena investasinya yang besar di sektor telekomunikasi India akan membantu memenangkan lelang tersebut.

Jika menggunakan skema alokasi spektrum, pemain baru seperti Starlink akan diuntungkan dan menambah kompetisi di India untuk menggelar layanan terbaik bagi masyarakat.

Pada Oktober 2024, pemerintah India memutuskan untuk melakukan alokasi spektrum, sehingga menjadi lampu hijau bagi Starlink untuk masuk ke India.

Pada bulan ini, SpaceX juga tiba-tiba mengumumkan kemitraan dengan operator seluler Airtel milik konglomerat Sunil Mittal yang merupakan pesaing Reliance Jio. Kemitraan dengan Airtel itu untuk memboyong layanan Starlink ke India.

Pakar industri melihat langkah strategis ini untuk memuluskan bisnis Starlink di India dan melawan monopoli Reliance Jio.

Internet Bakal Makin Murah

Goldman Sachs memperkirakan bahwa biaya berlangganan orbit Bumi rendah (LEO), yang mencakup layanan pita lebar dan seluler, akan jauh lebih murah dengan harga turun dari US$148 (Rp2,5 jutaan) per bulan pada tahun 2023 menjadi sekitar US$16 (Rp265 ribu) per bulan pada tahun 2035.

Goldman juga memperkirakan pasar satelit global akan melonjak dari US$15 miliar (Rp248 triliun) menjadi setidaknya US$108 miliar (Rp1.709 triliun) pada tahun 2035.

Firma keuangan khusus luar angkasa Quilt Space meramalkan Starlink akan menambah 3 juta pelanggan secara global pada 2025. Sebanyak 1 juta di antaranya berasal dari Asia.

"India akan menjadi kontributor terbesar untuk pertumbuhan pelanggan Starlink di Asia," kata director peneliti Quilt Space Caleb Henry.

Sebanyak 6 pakar industri yang diwawancara Reuters mengatakan pertumbuhan pendapatan SpaceX di India akan sangat bergantung pada strategi harga untuk Starlink.

Sebanyak 3 pakar mengatakan Starlink harus menetapkan harga langganan yang kompetitif, sekitar US$15 per bulan (Rp248 ribu). Patokan harga itu bisa menantang pemain lokal di India saat ini yang mayoritas mematok US$12 (Rp198 ribu) untuk langganan internet standar.

"Akan selalu ada sebagian kecil pasar yang bersedia membayar lebih untuk kenyamanan. India adalah pasar yang penuh aspirasi, dan nilai merek dari koneksi Starlink juga merupakan keunggulan tambahan," kata Vivek Prasad, analis utama untuk ruang angkasa dan satelit di firma konsultan Analysys Mason.

Starlink saat ini beroperasi di lebih dari 120 negara, termasuk Indonesia. Starlink telah menghadapi beragam tantangan regulasi yang berbeda di setiap negara, termasuk syarat untuk koordinasi spektrum.

Persetujuan India untuk operasi Starlink akan memberikan keuntungan bagi layanan milik Musk tersebut dibandingkan layanan satelit asing lainnya yang berencana masuk ke India, menurut tiga eksekutif industri yang identitasnya dirahasiakan.

"Pasar internet satelit India baru saja berkembang, dengan potensi pasar sekitar 700 juta pelanggan. Starlink mendapat kesempatan untuk memengaruhi bagaimana pasar tersebut berkembang," kata seorang eksekutif senior.

Asosiasi Industri Komunikasi Satelit India mengatakan masuknya Starlink akan menggenjot pertumbuhan di sektor tersebut.

"[Masuknya Starlink] ini akan mendorong pertumbuhan lapangan kerja dalam operasi jaringan satelit, stasiun darat, manufaktur peralatan, dan layanan pita lebar pedesaan, sekaligus meningkatkan daya saing global startup luar angkasa India yang berkolaborasi dengan pemain internasional," kata asosiasi tersebut.


(fab/fab)

Saksikan video di bawah ini:

Video: "Terancam" Starlink Elon Musk, Bisnis Satelit Lokal Bisa Lawan?

Next Article Elon Musk Raja Satelit, Makin Kencang Jajah Luar Angkasa

Read Entire Article
Ekonomi | Asset | Lokal | Tech|