Jakarta, CNBC Indonesia - Situasi Selat Taiwan kembali panas. Taiwan mendeteksi "serangan" terbaru China ke pulau itu.
Jumat (7/2/2025), enam balon China dilaporkan terlihat dalam 24 jam hingga pukul 6:00 pagi. Bersamaan dengan balon-balon itu, sembilan jet tempur China, enam kapal perang dan dua kapal resmi juga terdeteksi selama periode yang sama. Semuanya mencoba mendekati Taiwan.
"Balon-balon China secara teratur terlihat di atas perairan dekat Taiwan, tetapi angka pada hari Jumat adalah salah satu yang tertinggi yang tercatat," menurut penghitungan AFP.
Taiwan menyebut dirinya sebagai negara berdaulat. Sementara China mengklaim pulau itu sebagai bagian dari wilayahnya dan mengancam akan menggunakan kekuatan untuk menguasainya.
Dalam beberapa tahun terakhir, China telah meningkatkan pengerahan jet tempur dan kapal perang di sekitar pulau itu. Negeri itu berusaha menghapus Taiwan dari panggung internasional dengan memburu sekutu diplomatiknya dan memblokirnya dari forum global.
Taiwan berpotensi menjadi titik api perang antara China dan Amerika Serikat (AS), yang merupakan pendukung terpenting dan pemasok senjata terbesar bagi pulau itu.
Sementara Amerika Serikat secara hukum terikat untuk menyediakan senjata bagi Taiwan, Washington telah lama mempertahankan "ambiguitas strategis" dalam hal pengerahan militernya untuk mempertahankan pulau itu dari serangan China.
Namun, gaya diplomasi transaksional Presiden AS Donald Trump telah menimbulkan kekhawatiran tentang kesediaannya untuk mempertahankan pulau itu. Trump mengguncang saraf selama kampanye pemilihannya dengan menyarankan Taiwan harus membayar AS untuk perlindungan dan menuduh pulau itu mencuri industri chip AS.
Meskipun Taipei telah meningkatkan pengeluaran untuk militernya dalam beberapa tahun terakhir, pulau berpenduduk 23 juta orang itu masih sangat bergantung pada penjualan senjata AS sebagai pencegahan terhadap Beijing. Presiden Taiwan Lai Ching-te telah berusaha untuk berpihak pada pemerintahan AS dan menunjukkan komitmen pulau itu untuk berinvestasi lebih banyak dalam pertahanannya sendiri.
Namun, rencana pemerintahnya untuk meningkatkan pengeluaran pertahanan hingga mencapai rekor US$19,7 miliar pada tahun 2025 tampaknya telah dibatalkan. Parlemen yang dikendalikan oposisi bulan lalu menyetujui pemotongan besar-besaran pada anggaran nasional, termasuk pertahanan.
Meskipun Taiwan memiliki industri pertahanan dalam negeri dan telah meningkatkan peralatannya, negara itu sangat bergantung pada penjualan senjata AS untuk meningkatkan kemampuan keamanannya.
(sef/sef)
Saksikan video di bawah ini:
Video : China Makin Ganas! Taiwan, AS & Jepang Jadi Korban
Next Article Asia Memanas! Jet Tempur China Intai Pesawat Militer AS Dekat Taiwan