Jakarta, CNBC Indonesia - Mungkin banyak masyarakat yang mengira harga sewa kamar hotel di momen liburan Natal dan Tahun Baru (Nataru) akan melonjak drastis. Namun siapa sangka, kenyataannya tahun ini harga sewa kamar hotel justru tak banyak berubah dibandingkan dengan hari biasa. Hal ini sebagaimana diungkapkan Sekretaris Jenderal Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI), Maulana Yusran kepada CNBC Indonesia, Selasa (24/12/2024).
Maulana menjelaskan, industri hotel umumnya menggunakan sistem harga dinamis yang bergantung pada permintaan dan ketersediaan. Biasanya, pada momen liburan seperti Nataru, hotel akan menggunakan publish rate, yaitu tarif tertinggi yang diterapkan pada masa puncak permintaan. Namun, tahun ini ada pergeseran tren.
"Kalau kita perhatikan, biasanya pada momen Nataru mereka pakai publish rate. Namun tahun ini, karena tantangannya cukup besar, saya lihat kok kayaknya tidak terlalu banyak (yang menggunakan publish rate). Justru mereka masih menggunakan base available rate umumnya, jadi belum masuk ke publish rate," jelas Maulana.
Maulana menyebut harga sewa kamar hotel pada momen Nataru tahun ini cenderung mendekati harga pada hari-hari biasa, atau harga base available rate. "Iya, harga umumnya seperti itu, mereka masih menggunakan base available rate," ungkapnya.
Foto: Hotel Mulia, Senayan (dok. Hotel Mulia, Senayan)
Hotel Mulia, Senayan
Adapun keputusan untuk tidak menaikkan harga secara signifikan, kata Maulana, dipengaruhi oleh berbagai tantangan, seperti cuaca ekstrem yang menyebabkan banjir dan tanah longsor. Kondisi ini menghambat mobilitas wisatawan dan berpotensi menurunkan tingkat okupansi hotel. Dengan menjaga harga tetap kompetitif, hotel berharap dapat mempertahankan minat wisatawan yang masih berencana untuk liburan.
"Cuaca ekstrem ini jelas menjadi kendala. Beberapa daerah mengalami longsor, jalan putus, atau banjir, yang tentunya menghambat wisatawan untuk mencapai destinasi tujuan," ucapnya.
Saat ini, katanya, tingkat hunian kamar hotel belum mencapai kapasitas penuh. Menurut Maulana, banyak wisatawan yang melakukan reservasi secara mendadak atau "last minute". Hal ini sejalan karena banyak wisatawan yang memilih menggunakan jalur darat, sehingga pengaruh kondisi jalan sangat signifikan terhadap keputusan wisatawan
"(Sudah banyak hotel yang full booked?) Belum semua, karena reservasi kita itu kan banyak juga yang reservasinya last minute ya. Karena pergerakan jalur darat juga cukup tinggi," ucap dia.
Adapun data okupansi hotel, menurut Maulana bervariasi di setiap daerah. Namun, rata-rata reservasi untuk liburan Nataru saat ini berkisar antara 30-40%. Destinasi favorit seperti Pulau Jawa, Bali, dan beberapa wilayah di Sumatera masih menjadi primadona berkat daya tarik wisata dan konektivitas antar provinsi yang semakin baik.
Lebih lanjut, ketika ditanya apakah tingkat okupansi hotel tahun ini lebih baik dibandingkan tahun sebelumnya, Maulana menyatakan hal itu masih sulit untuk disimpulkan.
"Proyeksi okupansi tinggi bisa saja berubah karena faktor cuaca. Misalnya, jika terjadi jalan putus, otomatis wisatawan tidak bisa melanjutkan perjalanan," pungkasnya.
(wur)
Saksikan video di bawah ini:
Video: Pengusaha Hotel: PPN 12% Bisa Kurangi Minat Rekreasi Warga +62
Next Article Archipelago Terus Berinovasi & Ekspansi di Tengah Kebutuhan Konsumen