The Fed Tak Buru-Buru Pangkas Suku Bunga, IHSG Dibuka Galau

1 month ago 18

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka cenderung mendatar pada perdagangan sesi I Kamis (5/12/2024), di tengah sikap investor yang masih mencerna pernyataan ketua bank sentral Amerika Serikat (AS) terkait kebijakan suku bunga acuan.

Pada pembukaan perdagangan hari ini, IHSG dibuka naik tipis 0,09% ke posisi 7.333,27. Selang lima menit setelah sesi I dibuka, IHSG cenderung berbalik turun tipis 0,08% ke 7.320,98.

Nilai transaksi indeks pada awal sesi I hari ini sudah mencapai sekitar Rp 994 miliar dengan volume transaksi mencapai 1,1 miliar lembar saham dan sudah ditransaksikan sebanyak 74.225 kali.

Pergerakan pasar saham RI pada perdagangan hari ini akan dipengaruhi oleh sentimen domestik dan luar negeri, terutama terkait pidato dari Ketua bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed), Jerome Powell.

Powell menyatakan bahwa perekonomian AS saat ini lebih kuat dibandingkan yang diperkirakan bank sentral pada September lalu ketika mulai menurunkan suku bunga. Ia juga memberikan sinyal bahwa ia mendukung langkah yang lebih hati-hati dalam pemotongan suku bunga ke depan.

"Ekonomi AS berada dalam kondisi yang sangat baik dan tidak ada alasan untuk itu tidak berlanjut. Risiko penurunan di pasar tenaga kerja tampaknya lebih kecil, pertumbuhan jelas lebih kuat dari yang kami duga, dan inflasi sedikit lebih tinggi," kata Powell dalam acara New York Times.

Powell juga menjelaskan bahwa pemotongan suku bunga setengah poin pada September lalu dirancang untuk mengirimkan sinyal kuat bahwa The Fed akan mendukung pasar tenaga kerja jika terus melemah. Namun, dalam beberapa bulan setelahnya, data revisi menunjukkan bahwa ekonomi lebih kuat dari perkiraan semula.

Sebelumnya pada Rabu kemarin, dua pejabat The Fed lainnya yakni Presiden The Fed St. Louis Alberto Musalem dan Presiden The Fed Richmond Thomas Barkin, menyatakan bahwa mereka masih menunggu data sebelum memutuskan apakah suku bunga perlu diturunkan lagi.

Indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi (PCE), yang menjadi ukuran utama inflasi AS, telah berjalan stagnan di kisaran 2,6%-2,8% sejak Mei, jauh di atas target 2% bank sentral.

Meskipun para pejabat The Fed optimis bahwa tekanan harga akan mereda, mereka tetap ingin melihat bukti konkret sebelum melanjutkan pemotongan suku bunga lebih jauh.

Sementara itu, data ekonomi lainnya menunjukkan hasil yang beragam. Penjualan otomotif AS di November mencapai level tertinggi dalam lebih dari tiga tahun, menunjukkan konsumsi tetap kuat.

Namun, survei bisnis utama menunjukkan beberapa pendinginan di sektor jasa, dengan kekhawatiran tentang tarif impor baru yang dapat meningkatkan harga.

Powell menekankan bahwa keputusan kebijakan The Fed saat ini sepenuhnya didasarkan pada kondisi ekonomi saat ini, bukan pada kebijakan yang mungkin diterapkan di masa depan.

CNBC INDONESIA RESEARCH


(chd/chd)

Saksikan video di bawah ini:

Video: IHSG Kembali Menguat, Balik ke Level 7.100-an

Next Article Ada Kabar Baik Dari AS, IHSG Dibuka Menguat Lagi

Read Entire Article
Ekonomi | Asset | Lokal | Tech|