Wamen ESDM Sebut ASEAN Penting Sebagai Rantai Pasok Logam Mineral

2 months ago 19

Bali, CNBC Indonesia - Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Yuliot Tanjung mengungkapkan bahwa Asia Tenggara (ASEAN) menjadi negara yang penting untuk rantai pasok logam mineral di dunia. Hal itu karena, ASEAN merupakan penghasil utama mineral dan logam termasuk nikel, bauksit, timah dan logam tanah jarang.

Yuliot menegaskan, Beberapa mineral dan logam tersebut bisa mendukung program energi bersih dan transisi energi di dunia.

"Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa Negara Anggota ASEAN merupakan penghasil dan penyuling utama logam dan mineral, khususnya mineral penting seperti nikel, bauksit, timah, dan unsur tanah jarang, yang dibutuhkan untuk mewujudkan energi bersih dan transisi digital," jelasnya dalam acara ASEAN Mining Conference (AMC) 2024, di Meru Sanur, Bali, Senin (18/11/2024).

Dia mengatakan kawasan ASEAN juga bisa menjadi tuan rumah dari pusat manufaktur penting untuk komoditas kobalt, mangan, grafit, silikon, tembaga, bauksit, hingga alumina. Hal itu dinilai bisa mendorong rantai pasok global yang lebih maju.

"Sejalan dengan asta cita dari Presiden Indonesia, Bapak Prabowo Subianto, di antara prioritas utamanya adalah ketahanan energi dan keberlanjutan sumber daya alam hilir yang dikelola secara efisien dan berkelanjutan untuk mencapai pertumbuhan ekonomi 8%, penciptaan lapangan kerja, dan nilai tambah di negara ini," tegasnya.

Untuk bisa mendorong ASEAN menjadi kawasan pusat rantai pasok mineral dan logam dunia, lanjut Yuliot, diperlukan data yang lebih rinci agar para investor asing masuk berinvestasi mengembangkan industri di kawasan ASEAN.

"Kita harus menyiapkan data yang lebih rinci yang dibutuhkan investor untuk membuat keputusan dalam melakukan investasinya. Kunci untuk mencapai hal ini adalah peningkatan kualitas serta ketersediaan data geosains pra kompetitif dan pengembangan mineral, pengemasan dan promosi kumpulan data untuk menarik perhatian investor secara efektif," tambah Yuliot.

Adapun, data geologi ditegaskan perlu diperkuat agar para calon investor tersebut bisa turut melakukan eksplorasi awal untuk menentukan kelayakan program yang lebih lanjut menuju hilirisasi mineral dan logam di kawasan ASEAN.

"Ketersediaan data geologi dan sumber daya yang kuat, baik data perusahaan pra kompetitif maupun historis, bagi industri eksplorasi dan calon investor selama tahap eksplorasi awal sangat penting untuk keberhasilan awal dan menentukan kelayakan untuk beralih ke tahap berikutnya dari siklus eksplorasi dan pengembangan sumber daya," tandasnya.

Di lain sisi, Wakil Sekretaris Jenderal ASEAN Untuk Masyarakat Ekonomi ASEAN, Satvinder Singh mengatakan kawasan ASEAN kedepannya akan mendorong pembangunan industri mineral yang berkelanjutan dengan mengedepankan faktor Environmental, Social, Governance (ESG).

Dia mengatakan hal litu penting untuk menjadi landasan negara-negara ASEAN khususnya dalam sektor pertambangan.

"Dan saya yakin ini adalah sesuatu yang telah kita mulai melalui penerapan prinsip-prinsip ASEAN tentang pembangunan mineral berkelanjutan. Prinsip pembangunan mineral berkelanjutan regional ini berfungsi sebagai landasan bagi upaya masa depan kita di sektor pertambangan, khususnya dalam visi jangka panjang untuk pembangunan mineral ASEAN setelah tahun 2025," jelasnya dalam kesempatan yang sama.

Singh menegaskan bahwa pihaknya akan memprioritaskan sumber daya mineral yang dikelola khususnya di kawasan ASEAN dilakukan secara bertanggung jawab.

"Kita juga dapat mendorong pertumbuhan ekonomi tetapi pada saat yang sama, dapat melindungi lingkungan dan yang lebih penting, masyarakat kita untuk generasi mendatang" imbuhnya.


(pgr/pgr)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Kepemilikan Rumah di RI Nomor 5 se-ASEAN, Kalah Dari Laos

Next Article China Tiba-Tiba Warning RI Cs Gegara NATO

Read Entire Article
Ekonomi | Asset | Lokal | Tech|