Harianjogja.com, BANYUMAS—Masyarakat di wilayah Jawa Tengah bagian selatan, khususnya Cilacap dan Banyumas, untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi bencana hidrometeorologi seiring datangnya musim hujan yang diprakirakan lebih awal dengan intensitas tinggi.
Ketua Tim Kerja Pelayanan Data dan Diseminasi Informasi Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Meteorologi Tunggul Wulung Cilacap Teguh Wardoyo mengatakan hasil analisis menunjukkan curah hujan di kedua wilayah tersebut selama Oktober 2025 diprakirakan mencapai 400 milimeter hingga lebih dari 500 milimeter, atau masuk kategori tinggi hingga sangat tinggi.
“Kondisi curah hujan yang tinggi ini berpotensi menimbulkan bencana hidrometeorologi seperti banjir, tanah longsor, dan genangan air di beberapa wilayah rawan,” katanya, Rabu (8/10/2025)
Menurut dia, awal musim hujan di Kabupaten Cilacap rata-rata terjadi lebih cepat satu hingga tiga dasarian dibandingkan kondisi normal. Dia mengatakan wilayah selatan, tenggara, dan pesisir tenggara Cilacap bahkan telah memasuki musim hujan sejak Dasarian II Agustus 2025, sedangkan wilayah timur laut dan barat laut Cilacap diprakirakan baru mulai hujan pada Dasarian I Oktober 2025.
“Dengan awal musim yang lebih cepat dan curah hujan tinggi, potensi kejadian ekstrem seperti hujan lebat disertai angin kencang dan petir perlu diwaspadai,” katanya.
Ia mengatakan puncak musim hujan di Cilacap diprediksi terjadi antara November 2025 hingga Februari 2026 dengan sifat hujan normal hingga di atas normal. Selain itu, kata dia, durasi musim hujan juga relatif panjang, berkisar 21-29 dasarian, dengan wilayah selatan menjadi area yang mengalami periode hujan terpanjang.
“Wilayah Kabupaten Banyumas juga diperkirakan mengalami pola serupa. Sebagian besar wilayah, terutama bagian utara dan tengah, akan mengalami hujan sepanjang tahun 2025, sedangkan wilayah selatan, barat daya, dan sebagian tenggara telah memasuki musim hujan lebih awal pada Agustus hingga September 2025,” katanya.
Terkait dengan hal itu, dia mengingatkan karakteristik hujan dengan intensitas tinggi pada periode peralihan tersebut berpotensi memperbesar risiko banjir bandang di daerah aliran sungai, longsor di wilayah perbukitan, serta genangan air di kawasan dataran rendah.
Menurut dia, pemerintah daerah dan masyarakat perlu melakukan langkah antisipatif, seperti memastikan sistem drainase berfungsi dengan baik, membersihkan saluran air, serta tidak melakukan aktivitas di area rawan longsor saat curah hujan tinggi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : Antara