2 Investor China Bakal Garap Megaproyek Baterai EV RI

10 hours ago 1

Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia menyebutkan bahwa dua investor asal China akan berinvestasi secara terpisah di proyek ekosistem rantai pasok baterai kendaraan listrik (Electric Vehicle/ EV) di Indonesia.

Dua investor asal China tersebut yaitu Zhejiang Huayou Cobalt (Huayou) dan Contemporary Amperex Technology Co Limited (CATL). Keduanya akan masuk pada proyek yang berbeda.

Bahlil menyebut, Badan Pengelola Investasi (BPI) Daya Anagata Nusantara (Danantara) bakal membantu mendanai proyek ekosistem baterai EV tersebut.

"Kan dari awal sudah saya katakan, bahwa ekosistem baterai package ini, dari hulu hilir ini, adalah sebagian sahamnya milik negara. Milik negara itu BUMN. Nah, semua BUMN sekarang kan sudah milik Danantara," jelasnya saat ditemui di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Jumat (23/5/2025).

Berikut rincian masing-masing proyek dari kedua investor asal China tersebut:

1. Proyek Titan

Proyek Titan ini diisi oleh PT Indonesia Battery Corporation (IBC), PT Aneka Tambang Tbk (Antam), PT Pertamina (Persero), PT PLN (Persero), dan Huayou yang menggantikan LG Energy Solution.

Bahlil mengatakan, pasca LG hengkang dari konsorsium tersebut, Huayou mengisi posisi LG untuk segera menjalankan proyek tersebut.

Huayou akan menggarap proyek senilai US$ 8,6 miliar atau setara Rp 139 triliun.

Bahlil lantas menegaskan bahwa keluarnya LGES dalam salah satu proyek rantai pasok baterai tersebut merupakan keputusan yang diambil oleh pemerintah. Hal ini terjadi lantaran LGES tidak memenuhi komitmen awal yang sudah disepakati.

"Memang kita terminasi. Kenapa kita terminasi? Karena dari komitmen yang sudah disepakati dalam MoU maupun FS-nya itu belum dilaksanakan. Tetapi dari total proyeknya US$ 9,8 miliar itu, US$ 1,2 miliar sudah realisasi, sudah diresmikan di Karawang. 10 Giga pertama," kata Bahlil ditemui di Gedung Kementerian ESDM, Jakarta, Jumat (23/5/2025).

Lebih lanjut, Bahlil mengatakan bahwa pergantian mitra investasi dalam proyek baterai mobil listrik LGES kepada Zhejiang Huayou Cobalt diputuskan melalui Rapat Terbatas (Ratas) di Istana bersama Presiden Prabowo Subianto, kemarin, Kamis (22/5/2025).

"Nah, karena dia tidak lanjutkan, maka yang menggantikan posisinya adalah Huayou. Kemarin sudah putus di ratas. Dan di Januari itu saya mengeluarkan surat untuk terminasi terhadap LG," kata Bahlil.

2. Proyek Dragon

Sementara Proyek Dragon yakni konsorsium BUMN bersama CATL, melalui anak usahanya Ningbo Contemporary Burnp Legend Co. Ltd.

Bahlil menyebut, CATL bakal menggelontorkan investasi sebesar US$ 6 miliar atau sekitar Rp 97,87 triliun (asumsi kurs Rp 16.313 per US$). Khususnya, dalam menggarap proyek ekosistem baterai kendaraan listrik di Indonesia ini.

Menurut Bahlil, proyek tersebut nantinya akan mencakup rantai pasok mulai dari tambang nikel, fasilitas pengolahan dan pemurnian (smelter) nikel berteknologi High Pressure Acid Leaching (HPAL), pabrik prekursor, katoda, sel baterai, hingga fasilitas daur ulang (recycling) baterai.

Untuk di sektor hulu, pihak Indonesia melalui PT Aneka Tambang Tbk (Antam) akan memegang porsi saham sebesar 51%, selebihnya dimiliki CATL.

"Ini ekosistem baterai pertama di dunia, dari hulu hilir, dari tambang, HPAL, nikel, prekursor, katoda, baterai sel, sampai dengan recycling-nya. Ini belum pernah ada di dunia lho. Ini baru pertama kali. CATL itu investasinya 6 miliar dolar total," ungkap Bahlil ditemui di Gedung Kementerian ESDM, Jakarta, Jumat (23/5/2025).

Sementara di sektor antara dan hilir, melalui skema usaha patungan atau Joint Venture (JV) 2, 3, dan 4, BUMN akan memiliki porsi saham "hanya" 30%, selebihnya dimiliki CATL.

Bahlil juga menyebut, nantinya Danantara akan masuk membiayai proyek ekosistem baterai bersama CATL ini.

Perlu diketahui, mulanya nilai investasi CATL di Indonesia senilai US$ 1,2 miliar, untuk mengembangkan produksi baterai sel berkapasitas 15 Giga Watt Hour (GWH).

Namun, di tengah jalan, berdasarkan ODI (Overseas Direct Investment) Approval, investasinya saat ini menjadi hanya setengahnya atau sekitar 6,9 GWH atau US$ 417 juta.

Deputi Promosi Kementerian Investasi dan Hilirisasi Nurul Ichwan mengungkapkan CATL tengah mengevaluasi atas proyek tersebut supaya bisa berinvestasi di Indonesia. Perhitungan nilai investasi itu diketahui berdasarkan dinamika yang terjadi, di mana demand dari mobil listrik terus mengalami pertumbuhan.

"Maka akan sangat masuk akal mencoba menganalisa lagi kapasitas global yang bisa kemudian CATL berkontribusi itu sebesar apa. Sehingga begitu dia analisa, oh ini belum sampai pada kapasitas sebesar itu, sehingga diberikan kapasitas yang di bawah itu. Nah karena yang tadinya di level tertentu diturunkan menjadi setengahnya, ini yang kemudian kan harus dihitung ulang kembali," jelasnya ditemui di kantornya, Jakarta, Rabu (23/4/2025).

Indonesia Battery Corporation (IBC) buka-bukaan bahwa investasi yang digelontorkan oleh Contemporary Amperex Technology Co Ltd (CATL) dalam proyek baterai sel di Indonesia baru setengah dari nilai investasi yang dijanjikan senilai US$ 1,2 miliar.

"Namun dari ODI (Overseas Direct Investment) Approval, yang kami peroleh dari mereka saat ini baru setengahnya. Jadi sekitar 6,9 GWH atau US$ 417 juta," ungkap Direktur Utama IBC, Toto Nugroho dalam RDP bersama Komisi XII DPR RI, Senin (17/2/2025).

Maka dari itu, pihaknya sedang melanjutkan komunikasi untuk bernegosiasi mencari solusi terkait dengan perbedaan jumlah investasi dari CATL tersebut.

"Ada satu hal yang perlu kami laporkan bahwa long stop date, jadi yang istilahnya kesepakatan kita itu harus selesai di tanggal 28 Februari, which is sudah sangat dekat. Dan ini kita memerlukan banyak sekali dokumen-dokumen yang harus mereka lengkapi, supaya kita mendapatkan kepastian terhadap investasi," terang Toto.

Adapun juga IBC meminta adanya kepastian off take agreement dari CATL. Di mana, CATL juga seharusnya menyampaikan draft atas Bankable Feasibility Study ditanggal 21 Januari 2025.

"Nah namun kembali beberapa informasi terkait detail dari dokumen itu masih sangat kita butuhkan. Jadi secara garis besar itu yang dapat kami sampaikan untuk yang baterai sel sendiri. Recycle nanti kami bahas Pak, tapi karena proses ini baru bisa dilakukan di tahun 2028," tandasnya.


(wia)

Saksikan video di bawah ini:

Video: LG Batalkan Proyek Baterai EV di RI - China Warning

Next Article Erick-Bahlil Duduk Bareng Bahas Kelanjutan Investasi Baterai CATL

Read Entire Article
Ekonomi | Asset | Lokal | Tech|