8000hoki Login situs Slots Maxwin Terkini Gampang Win Full Banyak
hoki kilat online Situs website Slot Maxwin Malaysia Terkini Gampang Lancar Menang Banyak
1000 Hoki Online List Akun website Slot Maxwin China Terbaik Mudah Scatter Setiap Hari
5000hoki.com List Agen situs Slots Maxwin Terbaru Gampang Lancar Jackpot Full Online
7000hoki.com Login server Slots Maxwin Malaysia Terbaik Sering Lancar Menang Online
9000hoki Data Demo situs Slot Gacor Cambodia Terkini Mudah Scatter Full Setiap Hari
List Platform situs Slots Gacor Indonesia Terpercaya Mudah Menang Non Stop
Idagent138 Id Slot Anti Rungkad Terpercaya
Luckygaming138 Daftar Id Slot Anti Rungkad Online
Adugaming Daftar Akun Slot Anti Rungkat Online
kiss69 Slot Terpercaya
Agent188 Daftar Slot Anti Rungkat Terpercaya
Moto128 login Akun Slot Gacor
Betplay138 Daftar Id Slot
Letsbet77 Daftar Akun Slot Gacor
Portbet88 login Id Slot Anti Rungkad
Jfgaming login Slot Gacor
MasterGaming138 Daftar Id Slot Terbaik
Adagaming168 Akun Slot Gacor
Kingbet189 Daftar Id Slot Anti Rungkad
Summer138 Slot Anti Rungkad Terbaik
Evorabid77 Daftar Akun Slot Gacor
Jakarta, CNBC Indonesia - Indonesia menjadi negara penghasil emisi Gas Rumah Kaca (GRK) terbesar kelima secara absolut, setelah China, Amerika Serikat, India, dan Rusia pada 2022. Untuk itu, Indonesia setidaknya memerlukan investasi sebesar US$2,4 triliun untuk mencapai net zero pada 2060.
Gas rumah kaca adalah faktor utama penyebab "kiamat" pemanasan global yang kemudian menyebabkan perubahan iklim. Untuk mencapai "net zero", emisi gas rumah kaca harus berhenti tumbuh.
Laporan dari firma konsultan manajemen global Kearney mengidentifikasi lima sektor utama yang berkontribusi pada emisi GRK Indonesia. Di antaranya adalah pertanian, kehutanan, dan penggunaan lahan (AFOLU) dengan kontribusi 55%, energi 26%, transportasi 8%, sampah 8% dan proses industri dan produksi (IPPU) 3%.
Direktur Utama Kearney Indonesia Shirley Santoso menilai, Indonesia tengah berada pada momen penentuan komitmennya dalam mengurangi emisi gas rumah kaca (GRK). Oleh sebab itu, perlu adanya intervensi dari pemangku kepentingan bagi pos-pos penyumbang emisi gas tersebut.
"Sekarang, fokus kita harus beralih untuk menunjukkan kemajuan yang nyata dalam pengurangan emisi sambil mempertahankan pertumbuhan ekonomi yang kuat. Perjalanan ini menghadirkan tantangan besar sekaligus peluang yang luar biasa untuk diversifikasi ekonomi dan kemajuan teknologi," ungkap Shirley tertulis, pada Kamis, (5/12/2024).
Salah satu solusi lintas sektor yang penting dilakukan adalah mendorong pembiayaan hijau atau green financing. Adapun nilai yang dibutuhkan mencapai US$2,4 triliun atau sekitar Rp 38,08 kuadriliun.
"Mencapai net zero pada 2060 memerlukan investasi sebesar $2,4 triliun atau $62 miliar per tahun. Saat ini, ESG telah menjadi fokus utama bagi investor global. Indonesia harus mengurangi hambatan penanaman modal asing dan menyesuaikan pedoman pinjaman untuk menarik modal bagi investasi hijau," sebagaimana diungkap laporan berjudul 'Jalur Indonesia Menuju Net Zero 2060' tersebut.
Di luar pembiayaan, pemerintah Indonesia diminta untuk membentuk kerangka regulasi yang efektif, termasuk teknologi bersih dan penetapan harga karbon. Hal ini bisa dilakukan melalui pajak dan kredit karbon.
Pemerintah pun harus fokus dalam bidang riset dan pengembangan energi hijau sehingga mendorong adopsi teknologi baru. Selain itu, perlu juga adanya inklusivitas dengan mendukung kelompok-kelompok rentan, seperti UMKM di industri dengan karbon tinggi, petani kecil, dan tenaga kerja Indonesia secara menyeluruh.
Lebih lanjut, Kearney mendukung adanya kampanye urgensi energi terbarukan. Pasalnya, 64% orang Indonesia masih ragu untuk mengalokasikan sumber daya mereka untuk perubahan iklim.
(dem/dem)
Saksikan video di bawah ini: