Analis Penyebab IHSG Ambruk 10% Dalam Tiga Pekan

2 months ago 31

Daftar Isi

Jakrta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali terkoreksi tajam lebih dari 1% dan memperparah pelemahan yang telah terjadi sejak pekan lalu.

Hingga pukul 11.15 IHSG tercatat turun 1,65% ke 6.538,66 dan bahkan sempat menyentuh level terendah perdagangan intraday di 6.531,61.

Pelemahan ini memperpanjang tren penurunan IHSG yang sejak penutupan perdagangan 22 Januari 2025 lalu hingga titik terendah perdagangan intraday hari ini telah ambruk 10%.

Total transaksi tercatat mencapai Rp 6,34 triliun yang melibatkan 7,87 miliar saham yang ditransaksikan 685 ribu kali.

Ambruknya IHSG masih didorong oleh tingginya aksi jual asing pada sejumlah emiten blue chip RI, termasuk emiten perbankan. Selain itu, pelemahan IHSG hari ini juga diperparah oleh ambruknya saham milik taipan Prajogo Pangestu.

Tercatat nyaris seluruh sektor mengalami koreksi dengan pelemahan paling dalam terjadi di sektor infrastruktur sebesar 2,7% dan sektor energi sebesar 2,19%. Sementara itu sektor properti, kesehatan, transportasi, barang baku juga turun 1% lebih.

Emiten milik taipan Prajogo Pangestu juga masih menjadi beban utama pelemahan perdagangan hari ini.

Barito Renewables Energy (BREN) melemah 8,27% dan menjadi beban terberat pergerakan IHSG dengan kontribusi koreksi mencapai 21,21 indeks poin.

Melengkapi lima besar emiten dengan kontribusi terbesar atas pelemahan IHSG adalah Bank Mandiri (BMRI) dengan koreksi 12,52 indeks poin, Bayan Resouces (BYAN) koreksi 12,34 indeks poin, Telkom Indonesia (TLKM) sebesar 11,58 indeks poin dan Amman Mineral Internasional (AMMN) sejumlah 10,41 indeks poin.

Emiten Prajogo lainnya yang ikut masuk dalam 10 besar pemberat kinerja IHSG yakni Petrindo Jaya Kreasi (CUAN) dan Chandra Asri Pacific (TPIA). Sedangkan tiga lainnya yang melengkapi 10 besar pemberat IHSG adalah Bank Central Asia (BBCA), Indosat (ISAT) dan Kalbe Farma (KLBF).

Pamor Saham Prajogo Pudar


Ambruknya saham BREN terjadi adanya kabar bahwa Morgan Stanley Capital International tidak akan memasukan tiga emiten konglomerasi Prajogo Pangestu ke dalam indeks MSCI Investable Market pada review Februari 2025.

Adapun salah satunya yakni BREN. Selain BREN, ada PT Petrosea Tbk (PTRO) dan PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk (CUAN.

Hal ini karena setelah analisis dan masukan, ditemukan kendala investibility di ketiga saham tersebut. MSCI akan meninjau kembali kelayakan saham-saham tersebut sebagai bagian dari tinjauan indeks di masa mendatang dan akan memberikan komunikasi lebih lanjut sesuai kebutuhan.

Sebelumnya, rebalancing atau kocok ulang indeks MSCI akan diumumkan pada 12 Februari mendatang. Rumor beredar akan ada tiga saham konglomerat masuk, di mana salah satunya yakni BREN.

Indeks MSCI kerap menjadi acuan investor asing untuk investasi di negara-negara tertentu, termasuk emerging market seperti Indonesia.

Dalam setahun, mereka melakukan kocok ulang ini empat kali, yakni pada bulan Februari, Mei, Agustus, dan November.

Kabar pasar saat ini tengah ramai diperbincangkan soal tiga saham konglomerat yang akan masuk jadi jajaran konstituen MSCI Indonesia Large-Cap.

Sebenarnya, rumor tiga saham itu masuk MSCI sudah dari lama. Apalagi, untuk BREN ini menjadi yang kedua kalinya karena sebelumnya gagal masuk ke indeks FTSE gara-gara dinilai tidak memenuhi syarat free float.

Hal ini lantaran BREN tidak masuk karena dinilai tidak memenuhi syarat free float minimal 5%.

Waktu itu, FTSE menilai 97% jumlah saham beredar BREN masih terkonsentrasi pada empat pemegang saham. Namun, hal tersebut akhirnya disanggah oleh pihak manajemen BREN dan meminta pihak FTSE Russell untuk mencabut pernyataan tersebut dan mengeluarkan klarifikasi.

Outflow Asing yang Masih Besar

Penyebab lainnya yakni kaburnya dana asing dari pasar modal RI. Paling parah yakni pada Kamis lalu, di mana asing mencatatkan aksi jual (net sell) hingga Rp 2,3 triliun. sementara itu akhir pekan lalu asing masih melego saham RI hingga Rp 650 miliar, sedangkan kemarin bertambah lagi Rp 921 miliar. Atinya dalam tiga hari perdagangan dana asing yang keluar dari pasar modal RI nyaris mencapai Rp 4 triliun.

Aksi jual di pasar modal terjadi seiring dengan laporan kinerja keuangan perbankan yang kurang optimal dengan pertumbuhan laba sangat tipis dan diiringi dengan biaya dana yang semakin membengkak imbas persaingan likuiditas selama pengetatan kondisi moneter.

Sejumlah analis menunjuk, kinerja perbankan yang tidak sesuai harapan juga diperparah dengan nilai tukar yang diperkirakan masih belum akan membaik dalam waktu dekat, sehingga potensi keuntungan bagi investor asing semakin terpangkas. Terlebih lagi, kenaikan saham juga diprediksi oleh banyak akan akan cukup terbatas untuk tahun ini.

Pada perdagangan hari ini, emiten perbankan juga masih melanjutkan pelemahan dengan Bank Sentral Asia (BBCA) dan Bank Mandiri (BMRI) masuk jadi pemberat IHSG dan masih-masing memberikan kontribusi pelemahan 16 dan 11 indeks poin bagi IHSG.

Rully Wisnubroto, Senior Ekonom dari Mirae Asset Sekuritas Indonesia berpendapat IHSG terkoreksi dalam karena aliran dana asing yang masih banyak keluar, terutama yang terjadi pada saham-saham perbankan besar.

"Terutama dari asing yang cukup agresif melakukan aksi jual, sepertinya masih banyak tekanan jual terhadap saham-saham perbankan dari [beberapa hari lalu]," terangnya kepada CNBC Indonesia pada Kamis (6/2/2025).

Dampak Dari Ketegangan Perang Dagang AS-China

Selain itu, kebijakan Trump yang kontroversial membuat pelaku pasar berhati-hati. Termasuk kebijakan yang memicu perang dagang jilid dua.

Situasi dan kondisi saat ini memang sedang tidak menguntungkan bagi investor. Meskipun Kanada dan Meksiko mengalami penundaan, tapi tidak dengan China. Negeri Tirai Bambu kemudian membalas tarif impor tersebut.

Kondisi Ekonomi Dalam Negeri

Dari dalam negeri, lesunya perekonomian di 2024 turut menjadi penyebab IHSG ambruk pada pekan ini. Lesunya kondisi ekonomi domestik juga tercermin dari rilis pertumbuhan ekonomi (PDB). Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan PDB Indonesia sepanjang tahun 2024 tumbuh 5,03% yoy atau lebih rendah dibandingkan tahun 2023 sebesar 5,05% yoy. Sementara, secara kuartalan (qoq) pada 4Q24 pertumbuhan ekonomi lebih landai sebesar 0,53%, dibandingkan kuartal sebelumnya tumbuh 1,50%.

Plt. Kepala Badan Pusat Statistik Amalia Adininggar Widyasanti menuturkan komponen pengeluaran yang berkontribusi besar ke PDB adalah konsumsi rumah tangga (RT) dengan kontribusi 53,71% yang tumbuh 4,98%. Kemudian, pembentukan modal tetap bruto (PMTB) atau investasi mencatat kontribusi sebesar 30,12% dan pertumbuhannya mencapai 5,03%.

"Jika dilihat dari sumber pertumbuhan kuartal IV-2024 konsumsirumah tangga masih menjadi sumber pertumbuhan pada sisi pengeluaran yaitu sebesar 2,62%," ujar Amalia dalam konferensi pers BPS, Rabu (5/2/2025).

Barra Kukuh Mamia, Ekonom dari Bank Central Asia (BCA) melihat akibat dari penurunan IHSG ini adalah efek dari rilis data terbaru pertumbuhan ekonomi RI dan aliran deras dana asing yang masih berlanjut.

"Setelah data GDP dan rilis data beberapa bank, sepertinya beberapa investor asing memilih untuk mengurangi porsinya ke Indonesia" ungkap Barra kepada CNBC Indonesia pada Kamis (6/2/2025).


(fsd/fsd)

Saksikan video di bawah ini:

Video: IHSG Anjlok ke 6.600-an, Gara-gara Saham Grup Prajogo Pangestu

Next Article Menguat! Potret Bursa Saham di Hari Pertama Prabowo-Gibran

Read Entire Article
Ekonomi | Asset | Lokal | Tech|