Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Bahlil Lahadalia membeberkan cara agar Indonesia bisa terlepas dari 'jeratan' impor minyak mentah yang saat ini terhitung sudah mencapai angka 1 juta barel per hari (bph).
Bahlil menyebutkan salah satu caranya adalah dengan pemanfaatan bahan bakar nabati (BBN), yakni biodiesel, untuk dicampurkan ke bahan bakar minyak (BBM) jenis solar. Dia bahkan mengatakan jika pencampuran biodiesel hingga 50% (B50) pada solar di Indonesia, maka bisa membuat Indonesia menyetop impor solar.
"Salah satu blending kita adalah terkait dengan biodiesel. Kita hari ini di B40 di 1 Januari (2024), kita akan mulai dorong untuk mandatory. Di 2026 kita akan dorong B50. Kalau B50, maka kita tidak akan lagi impor solar," kata Bahlil dalam acara Indonesia Mining Summit 2024 di Hotel Mulia Jakarta, Rabu (4/12/2024).
Lebih masif lagi, Bahlil mengatakan pemanfaatan biodiesel di Indonesia ke depannya akan didorong hingga 100% (B100).
Ditambah, tidak hanya berfokus pada pemanfaatan BBN untuk solar. Namun, ke depannya pemerintah juga akan mendorong pemanfaatan BBN dalam bentuk bioetanol untuk dicampurkan pula ke BBM jenis bensin.
"Arahan Pak Presiden, Pak Prabowo, begitu lifting kita belum mencapai untuk memenuhi konsumsi dalam negeri, mau tidak mau kita harus dorong kepada B100, baik solar maupun bensin," tegasnya.
Asal tahu saja, Presiden RI Prabowo Subianto dalam pidatonya di Indonesia-Brazil Business Forum, Rio de Janeiro, beberapa waktu lalu menegaskan, Indonesia akan mengembangkan produksi biodiesel 50% atau B50 pada tahun 2025. Produksi diesel dicampur dengan minyak kelapa sawit itu akan dilakukan oleh Indonesia sendiri.
Prabowo mengakui, bahwa Brasil memang negara yang lebih maju dalam penggunaan energi biofuel dari tanaman.
"Anda sangat sukses dengan bioetanol dan kami akan masuk ke biodiesel, memproduksi diesel dari minyak kelapa sawit," ujar Prabowo, dikutip Senin (18/11/2024).
Saat ini, ungkap kepala negara, Indonesia sudah berhasil memakai biodiesel 35% atau B35. Di tahun depan, Indonesia akan meluncurkan B40.
"Kami ingin meningkatkan jadi 50% pada tahun 2025," tegas Prabowo.
Sebelumnya, Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (Dirjen EBTKE) Kementerian ESDM Eniya Listiani Dewi pernah membeberkan, selain meminta percepatan penyelesaian Rancangan Undang-Undang Energi Baru dan Energi Terbarukan (RUU EB-ET), Bahlil juga meminta agar pengembangan bioenergi dapat menjadi prioritas.
Eniya mengatakan program mandatori biodiesel yang saat ini baru 35% (B35) ditargetkan dapat digenjot tidak hanya sebatas pada B50, tapi bahkan hingga B60.
"Bioenergi akan menjadi prioritas juga, kita lagi mempersiapkan B40 untuk mandatory ya. Mandatory nanti saya keluarkan Insya Allah ini sudah settle di 1 Januari 2025," kata Eniya usai rapim di Gedung Kementerian ESDM, Jakarta, beberapa waktu lalu.
Menurut Eniya, untuk menuju ke B40, setidaknya terdapat beberapa persiapan yang harus dilakukan oleh industri. Mulai dari mempersiapkan pelabuhannya, pengirimannya, dan logistik.
"Industri harus mempersiapkan ini, investasi akan butuh modal juga. Nah ini kita kasih waktu untuk persiapan sampai dengan Desember," katanya.
Seperti diketahui, setelah sukses menjalankan program B30 yakni campuran antara 30% fatty acid methyl ester (FAME) dan 70% BBM jenis Solar, pemerintah juga telah merilis program B35 sejak 1 Februari 2023 dengan alokasi mencapai 13,15 juta kilo liter (KL) per tahun.
(miq/miq)
Saksikan video di bawah ini:
Video: RI Mau Setop Impor Solar Bahlil: B50 Akan Berlaku di 2026
Next Article Bahlil Pimpin Rapat Perdana di Kantor Kementerian ESDM