Jakarta, CNBC Indonesia - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengungkapkan sejumlah faktor yang menyebabkan capaian bauran Energi Baru dan Terbarukan (EBT) di Indonesia masih rendah. Adapun dari target 23% pada 2025, realisasi bauran EBT hingga baru mencapai 14%.
Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (Dirjen EBTKE), Eniya Listiani Dewi mengatakan bahwa salah satu kendala utama yang dihadapi dalam mengejar bauran EBT salah satunya yakni belum optimalnya infrastruktur ketenagalistrikan. Misalnya seperti transmisi yang belum terbangun.
"Kenapa kita hanya mencapai 14% ada banyak isu, karena faktor transmisi belum terbangun. Jadi ada sumber EBT misalnya hydro di Sumatera itu lumbung EBT. Jadi 34% EBT ada di sana. Potensinya ada hydro. Ini belum ada transmisi untuk menarik ke backbone listrik Sumatera," kata Eniya dalam acara CNBC Indonesia ESG Sustainability Forum 2025, CNBC Indonesia, Jumat (31/1/2025).
Menurut dia, jalur listrik yang menghubungkan daerah dengan potensi energi terbarukan ke sistem kelistrikan utama belum memadai. Sehingga, pembangunan infrastruktur transmisi harus segera dipercepat dalam lima tahun ke depan.
"Jalur listrik belum ada yang menarik ke situ. Ini yang perlu dikejar di 5 tahun ke depan. Invest ke transmisi harus segera dilakukan," kata dia.
Sebelumnya, Eniya pesimistis target bauran EBT sebesar 23% pada 2025 akan tercapai. Meski demikian, pihaknya saat ini masih mengacu pada target tersebut.
Menurut Eniya bauran EBT di Indonesia sepanjang 2023 realisasinya baru mencapai 13,2%. Sementara, target bauran EBT RI pada tahun ini ditetapkan sebesar 19,5%.
"Kita masih mengacu kepada usulan DEN, yang 2024 ini saja harus mencapai 19,5%, sedangkan tahun lalu 13,2%. Ini harus ada satu pembahasan makanya kita sedang bahas revisinya karena di RUKN yang baru kita memposisikannya lebih realistis. Baru besok rabu dibahas secepatnya," kata Eniya ditemui di Gedung DPR, dikutip Selasa (26/3/2024).
Di samping itu, pihaknya juga terus memantau pelaksanaan penambahan pembangkit energi baru terbarukan (EBT) dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) PT PLN (Persero) sebesar 20 gigawatt.
"Sama ada kenaikan target baru dari PLN, jadi kemarin PLN juga melakukan penambahan agar lebih green sampai dengan 2030. Saya lupa angkanya karena masih dibahas," kata dia.
(pgr/pgr)
Saksikan video di bawah ini:
Video: Hashim Ungkap Gegara Defisit Perdagangan, India Ancam RI
Next Article RI Butuh R219,9 Triliun Buat Capai Target Energi Terbarukan di 2025