Jakarta, CNBC Indonesia - Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengungkapkan strategi bank sentral dalam melakukan stabilisasi nilai tukar rupiah. Menurutnya, strategi ini mampi membuat pelemahan rupiah tidak terlalu dalam jika dibandingkan negara lain.
Menurut Perry ada empat instrumen yang dipakai BI dalam melakukan stabilitas nilai tukar. Pertama, suku bunga BI Rate harus ditetapkan dahulu. Kedua, BI terus berada di pasar.
"Artinya intervensi di pasar valas maupun tunai di DNDF," tegas Perry dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI, Kamis (21/11/2024).
Ketiga, lanjut Perry, optimalisasi SRBI supaya terjadi inflow. Kalau inflow terjadi, itu bisa memperkuat dan menstabilkan nilai tukar, menurut Perry. Saat ini, kepemilikan nonresiden di SRBI mencapai 25,8% dari outstanding.
"Posisi ini membantu stabilisasi nilai tukar yang tadi banyak negara mengalami arus keluar. Di SRBI masih bisa masuk dan dukung stabilisasi nilai tukar," kata Perry.
Keempat, koordinasi kuat dengan Menteri Keuangan untuk bersama-sama menjaga stabilitas SBN. BI tetap membeli SBN di pasar sekunder dan ini merupakan bentuk koordinasi fiskal-moneter untuk menjaga stabilitas ekonomi Indonesia dari dampak rambatan global yang sangat cepat.
Deputi Gubernur BI Destry Damayanti mengungkapkan gejolak nilai tukar pada November ini dipengaruhi global luar biasa, sementara dari domestik kami masih lihat korporasi masih jual dolar.
"Trade balance cukup bagus, bahkan data kami SVBI tercatat kenaikan signifikan," kata Destry.
Sertifikat Valas Bank Indonesia (SVBI) meningkap kepemilihannya menjadi US$ 3,4 miliar pada November 2024, dibandingkan US$ 3 miliar pada Oktober 2024. Selain itu, Destry menegaskan likuiditas dolar di dalam negeri masih mencukupi.
"Jadi artinya keberadaan kecukupan dolar masih cukup dan cadangan kita juga US$ 151 miliar," ujar Destry.
Melihat hal ini, Destry menegaskan secara fundamental, BI masih yakin dan berharap tekanan pada nilai tukar rupiah hanya sementara.
"Makanya BI akan terus di market memberi confidence di pasar," tegasnya.
Dilansir dari Refinitiv, rupiah dibuka melemah 0,13% di angka Rp15.880/US$ pada hari ini, Kamis (21/11/2024). Namun, rupiah tampak melemah lebih lanjut hanya dua menit sejak perdagangan dibuka yakni sebesar 0,5% ke angka Rp15.940/US$.
Sementara itu, DXY pada pukul 08:59 WIB turun 0,11% di angka 106,56. Angka ini lebih rendah jika dibandingkan dengan posisi kemarin yang berada di angka 106,68.
(haa/haa)
Saksikan video di bawah ini:
Video: Masih Penuh Tekanan, IHSG "Terancam" Merosot ke Level 7.000-an
Next Article Rupiah Melemah ke Rp16.450, Airlangga Tegaskan Fundamental RI Sehat!