Jakarta, CNBC Indonesia - Ketegangan lama yang tersimpan di sepanjang perbatasan Sudan Selatan dan Uganda kembali meletup menjadi konflik bersenjata yang mematikan. Sedikitnya enam orang tewas dalam bentrokan antara pasukan dua negara tersebut pada Senin (28/7/2025), mencerminkan rapuhnya batas wilayah yang masih diperebutkan dan keruhnya dinamika antarnegara yang sebelumnya merupakan sekutu erat.
Insiden berdarah terjadi di wilayah Kajo Keji, Sudan Selatan, ketika unsur-unsur dari tentara Sudan Selatan (SSPDF) dan tentara Uganda terlibat baku tembak. Pejabat Sudan Selatan menyebut lima tentara mereka tewas dalam bentrokan tersebut.
Sementara itu, juru bicara militer Uganda, Brigadir Jenderal Felix Kulayigye, menyatakan bahwa bentrok pecah setelah pasukan SSPDF "melintasi" ke wilayah Uganda di West Nile dan menolak mundur.
"Pasukan SSPDF masuk ke wilayah kami dan menolak untuk kembali. Konfrontasi tak bisa dihindari, dan satu prajurit Uganda gugur dalam kejadian itu," kata Kulayigye dalam pernyataannya, seperti dikutip Reuters, Rabu (30/7/2025).
Kondisi ini memperkeruh hubungan dua negara yang sebenarnya memiliki sejarah panjang kerja sama militer dan politik. Uganda telah lama mendukung pemerintahan Presiden Sudan Selatan Salva Kiir, sejak perjuangan kemerdekaan yang dimenangkan pada 2011, hingga masa-masa sulit perang saudara yang kemudian menyusul.
Namun dalam beberapa tahun terakhir, ketegangan perbatasan di wilayah seperti Kajo Keji sering kali berubah menjadi bentrokan kecil, akibat batas wilayah yang tidak jelas. Kajo Keji County menyebut serangan Uganda sebagai "penyerangan mendadak" yang menggunakan tank dan artileri, menewaskan lima personel SSPDF.
"Kami kehilangan lima prajurit dalam serangan mendadak yang didukung kendaraan lapis baja dan senjata berat oleh militer Uganda," demikian pernyataan resmi dari otoritas Kajo Keji.
Pihak tentara Sudan Selatan (SSPDF) sendiri mengonfirmasi adanya peristiwa baku tembak, namun tidak memerinci jumlah korban jiwa. Dalam pernyataan yang dirilis Selasa malam, juru bicara SSPDF Mayor Jenderal Lul Ruai Koang menegaskan bahwa insiden ini akan dibahas oleh komite perbatasan bersama yang sudah ada.
"Komite perbatasan bersama akan mengevaluasi insiden ini dan mencari solusi damai atas konflik-konflik perbatasan yang terus berulang," kata Koang.
Sebelumnya pada Maret, Sudan Selatan sempat mengundang militer Uganda untuk membantu memperkuat keamanan di ibu kota Juba, menyusul memburuknya hubungan antara Presiden Kiir dan Wakil Presiden Pertama Riek Machar.
(luc/luc)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article
Amerika Cabut Semua Visa Warga Sudan Selatan, Ini Penyebabnya