Buku Berbagi Senyum, Erros Djarot: Menawarkan Nilai

3 hours ago 3
Erros Djarot menjadi pembicara dalam peluncuran buku Berbagi Senyum. Dalam diskusi yang dimoderatori Lukas Luwarso, tampil pula Andi Sahrandi sebagai sosok utama di buku Berbagi Senyum, dan Proiyanton Oemar selaku penulis. Sumber: dokumentasi kepustakaan populer gramedia

“Buku ini menawarkan value, nilai. Bukan sekadar kisah,” ujar budayawan Erros Djarot saat peluncuran buku Berbagi Senyum, Kisah-kisah yang Menguatkan dari Halaman Belakang Rumah Andi Sahrandi. Peluncuran diadakan oleh Kepustakaan Populer Gramedia (KPG) di Panggung Lobi Indonesia International Book Fair (IIBF), Kamis (25/11/2025).

Priyantono Oemar, selaku penulis, mengisahkan berbagai pengalaman Andi dengan deskriptif. Ia melibatkan diri dalam cerita, tetapi menggunakan sebutan orang ketiga untuk menjaga jarak dengan kisah-kisah yang diceritakan.

Kebanyakan kisah Andi didapat oleh Priyantono Oemar ketika bercengkerama di halaman belakang rumah Andi. Namun, ada kalanya, ia juga mencemplungkan diri dalam kegiatan Andi, yang di jurnalistik dikenal dengan istilah immersion reporting.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Itulah sebabnya, Priyantono Oemar berusaha mengisahkan ulang dengan cara menjaga jarak, lewat penyebutan dirinya sebagai orang ketiga. Penulis novel Kepundan, Syafiril Erman, disebut ikut memberikan kontribusi dalam penulisan buku ini.

Priyantono Oemar tidak berpretensi buku ini sebagai buku biografi, karena nyatanya hanyalah kumpulan kisah. Ia juga tidak berpretensi sebagai buku memoar, karena ternyata kisah yang diceritakan membentang dari masa kecil hingga usia 80 tahun.

Deskripsi kisah-kisah Andi secara implisit memiliki nilai yang perlu disebarkan. Kata Erros Djarot, terutama kepada elite politik, termasuk gubernur dan bupati, agar memiliki empati.

“Yang diperlukan negeri ini paling utama adalah values. Kehadiran buku ini saya harapkan bisa mendongkrak itu, membangun lagi kesadaran mereka yang sudah diperkaya dari kekayaan negeri ini, untuk mengembalikan lagi dalam bentuk yang lebih elegan,” kata pencipta lagu “Badai Pasti Berlalu” itu.

Secara deskriptif naratif, buku Berbagi Senyum menampilkan beragam kisah Andi yang menguatkan dan menyalakan harapan. Ada soal kematian, usia tua, persahabatan, berbuat baik, berbagi, perlawanan, prinsip hidup, komitmen, kejujuran, dan semangat hidup dalam memperjuangkan Indonesia menjadi lebih baik.

Dari semua kisah itu, setidaknya ada tiga pengikat yang disampaikan oleh Priyantono Oemar. Yaitu berbagi, soal kenangan/nostalgia, dan kebahagiaan.

Priyantono Oemar berharap, kisah-kisah atau foto-foto yang ditampilkan bisa menghubungkan kenangan orang per orang dengan peristiwa yang pernah mereka alami. Kenangan kolektif terhadap suatu peristiwa, seperti dikutip Priyantono Oemar dari sebuah studi, memiliki energi untuk membangun optimisme dan mengatasi ketidakadilan interaksi.

“Siapa pun yang membaca buku ini, semoga teringat kembali pada nostalgia kolektif komunitas masing-masing, lantas terdorong untuk berintrospeksi mengenai jalan kehidupan yang telah mereka lalui, sudah membuat Indonesia menjadi lebih baik atau belum?” kata Priyantono Oemar.

Dengan kenangan itu, Priyantono Oemar berharap mereka ingat pada nilai-nilai perjuangan, sehingga tidak tergoda memanfaatkan kedudukan untuk hal-hal yang kurang baik ketika memperoleh kedudukan di pemerintahan. Andi Sahrandi, di buku ini dikisahkan sebagai sosok yang benci perilaku aktivis yang setelah mendapat kedudukan lalu melakukan korupsi.

Read Entire Article
Ekonomi | Asset | Lokal | Tech|