Jakarta, CNBC Indonesia - Perekonomian Jepang tumbuh 0,9% secara tahunan pada Q3 2024. Hal ini terjadi saat Negeri Sakura itu mengalami kenaikan suku bunga pertamanya hingga menembus rekor tertinggi sejak 2008.
Dalam laporan Trading Economics, ini merupakan perlambatan yang signifikan dari kenaikan 2,2% pada Q2 2024 tetapi di atas konsensus pasar sebesar 0,7%, menurut angka awal. Konsumsi swasta dan belanja pemerintah meningkat lebih lanjut, sementara belanja modal menurun setelah pertumbuhan yang kuat pada kuartal sebelumnya.
"Pada saat yang sama, penurunan permintaan eksternal terus berlanjut, yang memberikan kontribusi negatif untuk kuartal ketiga berturut-turut," ungkap rilis tersebut mengutip Kabinet Jepang, Jumat (15/11/2024).
Sementara itu, untuk PDB riil, diketahui juga ada pertumbuhan 0,3% (yoy). Ini mengakhiri dua kuartal berturut-turut penurunan tahun ke tahun.
Data tersebut muncul dengan latar belakang Bank of Japan (BOJ) menaikkan suku bunga dari 0,1% menjadi 0,25% pada bulan Juli, yang merupakan level tertinggi sejak 2008. Suku bunga kebijakan yang lebih tinggi umumnya mendinginkan ekonomi, dan sebaliknya.
BOJ telah menyatakan bahwa mereka akan terus menaikkan suku bunga 'jika aktivitas ekonomi dan harga berkembang seperti yang diharapkan'. Jika indikator ekonomi berjalan sesuai rencana, BOJ mengatakan akan menaikkan suku bunga menjadi 1% pada paruh kedua tahun fiskal 2025, dimulai dari September 2025.
Setelah rilis data PDB, indeks acuan Nikkei 225 naik 1,28%, sementara indeks Topix naik 0,96%. Berbicara kepada CNBC International, Profesor di Universitas Keio, Sayuri Shirai, mengatakan bahwa meskipun angkanya 'sedikit lebih baik dari yang diperkirakan semua orang', belanja modal telah turun, dan konsumsi masih mengalami pemulihan yang lambat.
Pada bulan Oktober, Perdana Menteri (PM) Jepang, Shigeru Ishiba, dilaporkan mengatakan bahwa dirinya ''tidak percaya bahwa Jepang berada dalam lingkungan yang mengharuskan untuk menaikkan suku bunga lebih lanjut' setelah bertemu dengan gubernur BOJ Kazuo Ueda. Hal ini berbeda dengan komentar yang dia buat pada bulan Agustus kepada Reuters, di mana dia mengatakan BOJ "berada di jalur kebijakan yang tepat" untuk menormalkan suku bunga.
(sef/sef)
Saksikan video di bawah ini:
Video: PR Berat 100 Hari Pemerintahan Prabowo-Gibran
Next Article Video: Bakteri Pemakan Daging Gegerkan Jepang, 77 Orang Meninggal