Ekonomi RI Diproyeksi Tumbuh 5,15% Di Tengah Dinamika Global

1 month ago 18

Jakarta, CNBC Indonesia - Permata Institute for Economic Research (PIER) melalui laporan Economic Outlook 2025 bertajuk "Economic Forces at Play: Balancing Domestic Drivers and Global Uncertainty" memproyeksikan ekonomi Indonesia tumbuh 5,15% pada 2025. Di mana konsumsi rumah tangga dan investasi diperkirakan masih menjadi pendorong utama perekonomian.

Di sisi lain, risiko eksternal seperti kebijakan proteksionis Amerika Serikat (AS), perlambatan permintaan global, dan volatilitas harga komoditas masih menjadi tantangan yang perlu dikelola.

Chief Economist Permata Bank Josua Pardede menjelaskan, proyeksi optimis ini memberikan dasar kuat untuk mendorong pertumbuhan ekonomi berkelanjutan, memaksimalkan potensi konsumsi rumah tangga, memperkuat diversifikasi ekspor, serta menarik investasi asing langsung.

"Karena itu, dukungan kebijakan fiskal dan moneter yang sinergis dibutuhkan agar mampu menjaga stabilitas ekonomi Indonesia di tengah ketidakpastian global. Kami percaya bahwa memanfaatkan potensi domestik yang dimiliki Indonesia menjadi kunci dalam mengatasi tantangan perekonomian akibat dinamika ekonomi global," ungkap dia dalam Media Briefing-Permata Bank Economic Outlook 2025, Selasa (3/12/2024).

Laporan tersebut juga memaparkan kondisi di tingkat domestik, di mana inflasi Indonesia diproyeksikan masih berada dalam target Bank Indonesia, yakni 3,12%. Meskipun, kenaikan tarif PPN dan cukai menjadi 12% pada plastik, rokok, serta minuman manis akan memberikan tekanan terhadap inflasi.

Kemudian nilai tukar rupiah diperkirakan menguat di rentang Rp15.200-Rp15.700/USD. Hal ini didukung oleh aliran investasi langsung dan portofolio yang masuk.

Selain itu, imbal hasil obligasi diproyeksikan menurun karena kebijakan suku bunga yang lebih rendah dari Bank Indonesia dan The Fed.

Menurut Josua, investasi di Indonesia diprediksi akan terus bertumbuh. Hal ini didukung oleh penurunan biaya pinjaman dan kebijakan fiskal yang mendukung pertumbuhan UMKM.

"Meski terdapat risiko eksternal seperti tarif perdagangan baru AS dan penguatan inflasi global, Indonesia tetap memiliki prospek pertumbuhan yang positif. Hal ini diperkuat dengan inisiatif diversifikasi ekspor untuk mengurangi ketergantungan pada komoditas tertentu dan memperkuat daya saing global," tambah Josua.

Lebih lanjut, pertumbuhan ekonomi global diperkirakan tetap stabil di level 3,2% pada 2025. Meskipun terdapat divergensi pertumbuhan ekonomi antara negara maju dan berkembang.

Di Amerika Serikat, kebijakan berorientasi domestik diprediksi akan berimplikasi pada inflasi di atas target Fed yakni 2%. Sehingga terdapat potensi bahwa bank sentral AS memiliki ruang penurunan suku bunga 50 bps pada 2025 menjadi 3,75%-4,00%.

Di sisi lain, harga energi global terus menurun sejak puncaknya pada 2022. Sementara itu, harga komoditas utama Indonesia seperti minyak mentah, batu bara, dan Crude Palm Oil (CPO) diperkirakan melanjutkan tren penurunan akibat peningkatan produksi minyak mentah, permintaan batu bara yang terbatas, dan normalisasi produksi CPO.


(rah/rah)

Saksikan video di bawah ini:

Prabowo: Pertumbuhan Yang Tak Dirasakan Rakyat Adalah Wujud Kegagalan

Next Article Tok! Banggar Sepakati Target Pertumbuhan Ekonomi 5,6% pada 2025

Read Entire Article
Ekonomi | Asset | Lokal | Tech|