Jakarta, CNBC Indonesia - Persepsi akibat dinamika perang tarif juga sudah mulai dirasakan oleh beberapa industri dalam negeri terutama yang berorientasi ekspor pada negara-negara yang sedang perang dagang.
"Namun demikian, Kementerian Perindustrian tetap berupaya melindungi industri dalam negeri melalui penerapan kebijakan SNI dan TKDN," Jubir Kemenperin Febri Hendri Antoni Arief dikutip Kamis (27/3/2025).
Di sisi lain, terjadinya perang dagang antar produsen manufaktur dunia merupakan potensi tantangan yang harus diwaspadai manufaktur RI. Karena dapat berimbas pada masuknya produk manufaktur asing ke dalam negeri akibat tidak dapat masuknya produk tersebut ke pasar Amerika Serikat. Hal ini adalah akibat perang tarif yang terjadi.
"Selain itu, untuk menekan impor, Kementerian Perindustrian melakukan relaksasi peraturan Impor dan menyusun non-tariff measure. Sekali lagi kebijakan ini bertujuan melindungi industri dalam negeri dari gempuran produk impor. Melindungi industri dalam negeri berarti melindungi 19 juta rakyat Indonesia yang bekerja pada industri dalam negeri," tegas Febri.
Terjadinya perang tarif di global diperkirakan berdampak pada nilai Indeks Kepercayaan Industri (IKI), yang tercatat mengalami perlambatan 0,17 poin dibandingkan Februari 2025 atau melambat 0,07 poin dibandingkan dengan Maret tahun lalu, yakni angka 52,98.
Penurunan demand luar negeri akibat kondisi ketidakpastian global yang semakin sulit diduga ikut menyebabkan perlambatan IKI pesanan baru khususnya pesanan luar negeri. Meskipun demikian, peningkatan level ekspansi produksi dan persediaan menunjukkan geliat ekonomi penyerapan produk industri manufaktur di dalam negeri yang cukup tinggi di bulan Maret 2025.
"Momentum bulan Ramadan dan persiapan Hari Raya merupakan salah satu pemicu peningkatan kinerja industri manufaktur karena meningkatkan mampu demand domestik produk manufaktur. Namun daya angkatnya berkurang karena tekanan banjir produk impor murah," papar Febri.
Padahal momentum saat ini seharusnya bisa menguntungkan pabrikan dalam negeri untuk bisa meningkatkan produksinya karena naiknya permintaan.
"Kami juga mendapatkan laporan penurunan penjualan produk makanan dan minuman serta tekstil dan produk tekstil (TPT) beberapa hari menjelang Lebaran dan liburan setelah Lebaran," sebut Febri.
(dce)
Saksikan video di bawah ini:
Video: Awas! Perang Dagang Kian Panas!
Next Article Kantor Airlangga Mulai Siap-Siap Efek AS Bakal Jegal Barang China