Geger Hati Babi Ditanam ke Tubuh Manusia, Hasilnya Tak Disangka

11 hours ago 2

Jakarta, CNBC Indonesia - Seorang pria berusia 71 tahun di China menjadi manusia pertama di dunia yang menerima transplantasi hati dari babi hasil rekayasa genetik dalam kondisi masih hidup.

Tak disangka, operasi bersejarah ini berjalan sukses. Namun, keberhasilan itu tak bertahan lama. Pasien akhirnya meninggal 171 hari setelah prosedur dilakukan akibat komplikasi.

Tim medis yang menangani operasi itu menyebut hasil ini sebagai bukti bahwa transplantasi hati babi kini bisa melampaui tahap teori, meski teknologi tersebut masih memerlukan banyak penyempurnaan.

Prosedur tersebut dilakukan di Rumah Sakit Affiliated Pertama Universitas Kedokteran Anhui, dipimpin oleh Dr. Beicheng Sun. Pasien diketahui menderita sirosis hati akibat hepatitis B serta memiliki tumor besar di lobus kanan hati.

Berdasarkan penilaian klinis, pengangkatan lobus kanan tidak dapat dilakukan karena berisiko menyebabkan gagal hati. Pasien juga tidak memenuhi syarat untuk transplantasi hati sesuai pedoman medis lokal, dan tidak ada anggota keluarga yang cocok sebagai donor.

"Karena semua pilihan pengobatan konvensional terbukti tidak mampu menyelamatkan nyawa pasien, tantangan mendesak saat itu adalah mencari alternatif yang layak untuk transplantasi hati," tulis para peneliti dalam laporan tersebut, dikutip dari IFLScience, Jumat (24/10/2025).

Dengan tidak adanya opsi pengobatan lain, tim medis memutuskan melakukan transplantasi menggunakan hati babi hasil rekayasa genetik dari jenis Diannan miniature pig.

Organ tersebut telah mengalami 10 modifikasi genetik untuk menonaktifkan gen babi yang dapat memicu reaksi sistem imun manusia serta meningkatkan kompatibilitas organ.

Setelah operasi, hati tersebut berfungsi dengan baik selama sebulan pertama tanpa tanda-tanda penolakan. Namun, pada hari ke-38, organ harus diangkat karena komplikasi langka yang disebut xenotransplantation-associated thrombotic microangiopathy (xTMA), yang memengaruhi beberapa organ tubuh.

Meskipun telah mendapat perawatan intensif, pasien kemudian mengalami pendarahan pada saluran pencernaan bagian atas dan meninggal dunia pada hari ke-171 pascaoperasi.

Dr. Sun menyebut hasil operasi ini sebagai angkah penting yang menunjukkan potensi sekaligus tantangan besar dalam xenotransplantasi, terutama terkait gangguan pembekuan darah dan komplikasi sistem imun.

Penelitian tersebut dipublikasikan dalam Journal of Hepatology, dan oleh para ahli disebut sebagai "tonggak sejarah klinis". Namun, para peneliti juga menegaskan bahwa komplikasi yang dialami pasien menjadi peringatan akan risiko besar dari prosedur semacam ini.

Menurut Dr. Beatriz Domínguez-Gil, Direktur Organisasi Transplantasi Nasional Spanyol, penelitian ini menunjukkan bahwa xenotransplantasi bisa menjadi terapi jembatan atau bahkan terapi permanen di masa depan.

Namun, ia menegaskan, masih banyak hambatan medis yang harus diatasi sebelum teknik ini bisa diterapkan secara luas.

"Kita bisa mengatakan bahwa ini merupakan langkah baru dalam kemajuan terapi xenotransplantasi yang terus berkembang secara klinis, namun juga menyoroti hambatan besar yang masih perlu diatasi," jelasnya.


(fab/fab)
[Gambas:Video CNBC]

Next Article iPhone Jadul dan Kabel USB Disulap Jadi Tambang Emas, Ini Caranya

Read Entire Article
Ekonomi | Asset | Lokal | Tech|