Jakarta, CNBC Indonesia - Platform AI generatif seperti ChatGPT ternyata sering dijadikan tempat curhat masalah kehidupan dan persoalan mental pengguna. Laporan terbaru OpenAI mengungkap, ratusan ribu pengguna ChatGPT setiap pekan menggunakan chatbot itu untuk membicarakan masalah psikologis.
OpenAI menyebut model terbarunya, GPT-5, kini lebih mampu mendeteksi tanda-tanda gangguan mental serius seperti psikosis, mania, dan ide bunuh diri. Model ini diklaim dilatih dengan bantuan psikiater profesional untuk memberikan tanggapan yang lebih empatik dan aman kepada pengguna.
Meski percakapan yang tergolong berisiko, data internal OpenAI menunjukkan angka yang mencengangkan jika dibandingkan dengan jumlah pengguna ChatGPT yang sangat besar.
"Analisis awal kami memperkirakan sekitar 0,07% pengguna aktif mingguan dan 0,01% pesan menunjukkan kemungkinan tanda-tanda darurat kesehatan mental yang berkaitan dengan psikosis atau mania," tulis OpenAI dalam blognya, dikutip dari Mashable, Rabu (29/10/2025).
CEO OpenAI Sam Altman sebelumnya mengungkap bahwa ChatGPT kini memiliki sekitar 800 juta pengguna aktif per minggu. Jika angka ini tepat, artinya sekitar 560.000 pengguna menunjukkan tanda-tanda psikosis atau mania, dan sekitar 80.000 pesan berkaitan dengan kondisi darurat mental.
Tak hanya itu, OpenAI juga memperkirakan 0,15% pengguna aktif mingguan terlibat dalam percakapan yang mengandung indikasi eksplisit perencanaan atau niat bunuh diri, sementara 0,05% pesan mengandung indikasi eksplisit atau implisit pikiran bunuh diri.
Dengan basis pengguna sebesar itu, diperkirakan 1,2 juta orang berbicara dengan ChatGPT tentang bunuh diri setiap minggu, dan sekitar 400.000 pesan menunjukkan tanda-tanda keinginan untuk mengakhiri hidup.
"Bahkan persentase kecil dari basis pengguna kami mewakili jumlah orang yang sangat besar. Karena itu kami memandang hal ini dengan sangat serius," ujar juru bicara OpenAI.
OpenAI menegaskan bahwa ChatGPT kini dilengkapi sistem yang dapat mengenali tanda-tanda bahaya dan mengalihkan pengguna ke sumber bantuan, seperti hotline pencegahan bunuh diri atau mendorong mereka menghubungi teman dan keluarga.
Namun, perusahaan juga mengakui bahwa data tersebut masih berupa perkiraan dan "dapat berubah secara signifikan seiring dengan pembelajaran lebih lanjut."
Di sisi lain, OpenAI kini tengah menghadapi gugatan hukum dari orang tua Adam Raine, remaja 16 tahun yang meninggal karena bunuh diri setelah intens menggunakan ChatGPT. Dalam gugatan yang baru-baru ini diperbarui, keluarga Raine menuduh OpenAI dua kali menurunkan fitur pengamanan pencegahan bunuh diri demi meningkatkan keterlibatan pengguna sebelum kematian anak mereka.
(dem/dem)
                    
                                                
    [Gambas:Video CNBC]
Next Article Jangan Minta Tolong dan Bilang Makasih ke ChatGPT, Ini Alasannya

















































