IHSG Ditutup Turun 0,48% Terbebani Kinerja Saham AMMN, BBCA dan TPIA

1 month ago 26

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali tersungkur ke zona merah setelah sempat mencatatkan rebound signifikan pada perdagangan Rabu (12/2/2025) kemarin.

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah  0,48% ke 6.613,57 dan mampu memangkas koreksi lebih dalam yang pada titik terendah perdagangan intraday, IHSG bahkan sempat ambruk 1% lebih ke 6.565,78.

Nilai transaksi perdagangan pagi ini mencapai Rp 11,01 triliun dengan volume sebanyak 14,27 miliar lembar saham yang berpindah tangan sebanyak 1,02 juta kali.

Sebanyak 307 saham menguat, 251 saham turun, dan 232 saham stagnan.

Secara sektoral, nyaris setengah sektor yang diperdagangkan di IHSG berada di zona merah, dengan koreksi terbesar terjadi di sektor transportasi yang melemah 0,64%.

Secara spesifik saham emiten kapitalisasi besar dan blue chip masih menjadi beban utama pergerak IHSG hari ini.

Amman Mineral Internasional (AMMN) yang hari ini turun 5,92% menjadi saham dengan kontribusi terbesar atas pelemahan IHSG sebesar 13,61 indeks poin.

Kemudian ada saham Bank Central Asia (BBCA) yang turun 1,64% dan berkontribusi atas pelemahan IHSG9,76 indeks poin.

Lalu melengkapi tiga besar adalah emiten Prajogo Pangestu, Chandra Asri Pacific (TPIA), yang kembali terperosok usai mengalami penguatan pada perdagangan kemarin. Saham BREN tercatat turun 4,39% dan berkontribusi atas pelemahan 7,43 poin indeks IHSG.

Terpuruknya IHSG seiring dengan aksi jual asing yang masih terjadi. Pada perdagangan 12 Februari 2025, investor asing tercatat melakukan penjualan bersih sebesar Rp208,21 miliar di seluruh pasar dan sebesar Rp231,14 miliar di pasar reguler. Di samping itu, mereka juga melakukan pembelian bersih sebesar Rp22,93 miliar di pasar negosiasi dan tunai.

Sementara itu, hari ini pasar keuangan juga di dorong oleh beberapa sentimen positif dari dalam negeri hingga sentimen dari luar negeri. Namun, lonjakan inflasi AS bisa membebani rupiah hingga IHSG hari ini.

Perdagangan hari ini diselimuti sejumlah sentimen pasar yang menjadi perhatian investor.

Inflasi AS secara mengejutkan mengalami lonjakan cukup tajam pada Januari 2025. Inflasi menembus 0,5% secara bulanan (month to month/mtm) atau yang tertinggi sejak Agustus 2023 atau hampir 1,5 tahun.

Inflasi juga melesat 3,0% secara tahunan (year on year/yoy) pada Januari 2025 atau tertinggi sejak Juni 2024. Sementara itu, inflasi inti tercatat 3,3% (yoy) pada Januari 2025 atau naik dibandingkan Desember 2024 yang tercatat 3,2%. Inflasi jauh di atas ekspektasi yakni 0,3 (mtm) dan 2,9% (yoy).

Kenaikan inflasi dipicu oleh meningkatnya harga energi dan pangan, terutama telur. Harga telur melonjak 53% setahun dan 15,2% sebulan karena terjadi kekurangan yang meluas akibat wabah flu burung yang mematikan.

Dengan adanya lonjakan inflasi maka harapan pelaku pasar untuk melihat pelonggaran suku bunga secara signifikan akan sirna. Inflasi merupakan pertimbangan utama bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) dalam menentukan kebijakan suku bunga.

Dalam perkembangan lain, mayoritas bursa Asia-Pasifik dibuka menguat pada perdagangan pagi ini, Kamis (13/2/2025). Nikkei memimpin penguatan dengan 1,19% ke 39.427dan diikuti Hang Seng yang naik 0,46% ke 21.958.

Begitu pula dengan Indeks Kospi menguat 0,71% ke 2.566,52 dan indeks ASX 200 menguat 0,34% ke 8.564,2. Sementara itu, FTSE Straits Times turun tipis 0,08% ke 3.871,58 dan FTSE Malay melemah 0,04% ke 1.602,44.


(fsd/fsd)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Rupiah Semringah Saat IHSG Terperosok ke Level 6.500-an

Next Article Menguat! Potret Bursa Saham di Hari Pertama Prabowo-Gibran

Read Entire Article
Ekonomi | Asset | Lokal | Tech|