Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil dibuka melesat pada awal perdagangan sesi I Selasa (3/12/2024). Beberapa sentimen global akan mempengaruhi pergerakan IHSG setelah kemarin investor berfokus pada rilis data ekonomi terbaru RI.
Pada pembukaan perdagangan hari ini, IHSG dibuka melesat 1,06% ke posisi 7.121,55. Selang enam menit setelah sesi I dibuka, IHSG semakin kuat yakni melonjak 1,48% ke 7.151,01.
Nilai transaksi indeks pada awal sesi I hari ini sudah mencapai sekitar Rp 994 miliar dengan volume transaksi mencapai 1,1 miliar lembar saham dan sudah ditransaksikan sebanyak 74.225 kali.
IHSG berhasil melesat setelah kemarin ditutup merana nyaris ambles 1%. Tampaknya investor mengharapkan fenomena window dressing bakal terjadi pada akhir tahun ini.
Di lain sisi, perdagangan pasar keuangan RI pada hari ini akan dipenuhi oleh sentimen luar ngeri, setelah kemarin investor berfokus pada rilis data ekonomi terbaru RI. Adapun sentimen dari luar negeri yakni terkait komentar pejabat bank sentral Amerika Serikat (AS) dan rilis data pembukaan pekerjaan AS.
Gubernur bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed), Christopher Waller, menyatakan dukungan untuk potensi pemotongan suku bunga lebih lanjut pada pertemuan Fed Desember, dengan inflasi masih diproyeksikan turun ke target 2%. Pernyataan ini meningkatkan ekspektasi pasar bahwa pemotongan suku bunga akan terjadi, dengan peluang hampir 75%.
Waller menekankan bahwa kebijakan tetap cukup ketat, dan pemotongan suku bunga tidak akan secara drastis mengubah pendekatan kebijakan moneter. Namun, keputusan akhir akan mempertimbangkan data terbaru terkait inflasi, lapangan kerja, dan pengeluaran konsumen sebelum pertemuan The Fed terakhir di tahun ini.
"Kebijakan masih cukup restriktif sehingga pemotongan tambahan pada pertemuan berikutnya tidak akan secara drastis mengubah pendekatan kebijakan moneter dan memberi ruang yang cukup untuk memperlambat laju pemotongan suku bunga nantinya, jika diperlukan, untuk menjaga kemajuan menuju target inflasi kami," kata Waller dalam simposium bank sentral yang diselenggarakan oleh American Institute for Economic Research.
Sedangkan Presiden The Fed Atlanta, Raphael Bostic, menyatakan bahwa hasil pertemuan tersebut belum pasti.
Sementara itu, Presiden The Fed New York, John Williams, dalam pernyataan tertulisnya, tidak membahas keputusan Desember tetapi memperkirakan bahwa pemotongan suku bunga tambahan akan diperlukan "seiring waktu."
Pernyataan dari pembuat kebijakan utama AS ini membuat investor pada perangkat Fedwatch meningkatkan ekspektasi untuk pemotongan suku bunga sebesar 25 basis poin (bps) pada pertemuan Fed tanggal 17-18 Desember hingga 75% dan menekan imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS (US Treasury) tenor dua tahun.
Masih dari AS, akan ada data ekonomi cukup penting yang akan dirilis pada malam hari ini waktu Indonesia yakni data pembukaan pekerjaan.
Berdasarkan konsensus Trading economics, data pembukaan pekerjaan di AS akan meningkat menjadi 7,49 juta lowongan dari bulan sebelumnya 4,33 juta.
Namun yang dinantikan investor yakni pidato Ketua The Fed, Jerome Powell sebelum digelarnya pertemuan kebijakan moneter terbaru The Fed pada 18 Desember mendatang.
Jerome Powell akan berpidato pada Kamis dini hari waktu Indonesia. Investor menantikan sinyal mengenai arah kebijakan suku bunga The Fed setelah rilis notulen FOMC bulan lalu.
Dalam notulen dari pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) November yang dirilis Rabu kemarin dini hari, pejabat The Fed menyampaikan bahwa inflasi sedang melambat dan pasar tenaga kerja tetap kuat, yang memungkinkan adanya pemotongan suku bunga lebih lanjut meskipun dilakukan secara bertahap.
Dengan hal tersebut, dan dengan keyakinan bahwa situasi lapangan pekerjaan masih cukup solid, anggota Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) menunjukkan bahwa kemungkinan pemotongan suku bunga lebih lanjut akan dilakukan, meskipun mereka tidak menentukan kapan dan seberapa besar.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(chd/chd)
Saksikan video di bawah ini: