Israel Nomor 1, AS dan China Kalah Jauh

3 days ago 16

Jakarta, CNBC Indonesia - Popularitas teknologi kecerdasan buatan (AI) membuat perusahaan-perusahaan di dunia berlomba-lomba untuk merekrut karyawan yang memiliki kemampuan AI alias 'AI talent'.

Perusahaan juga berupaya meningkatkan keterampilan para karyawan agar bisa beradaptasi dengan era teknologi AI.

Sebanyak 66% pemimpin perusahaan mengatakan tak akan merekrut karyawan yang tidak memiliki keterampilan AI. Sementara 71% mengatakan lebih memilih merekrut orang yang tak berpengalaman tetapi memiliki kemampuan AI, ketimbang orang berpengalaman tetapi tidak memiliki keahlian AI.

Temuan ini diungkap laporan Microsoft dan LinkedIn pada 2024 lalu berdasarkan survei terhadap 31.000 orang di 31 negara.

Untuk mengukur penyebaran talenta AI di berbagai negara di dunia, LinkedIn merilis metrik 'Konsentrasi Talenta AI', berdasarkan data profil pengguna.

LinkedIn mempertimbangkan kemampuan engineering AI seperti pembelajaran mesin (machine learning) dan pemrosesan bahasa natural (natural language processing). Selain itu juga kemampuan literasi AI seperti ChatGPT dan GitHub Copilot.

Berdasarkan data 2024, Israel menjadi negara dengan talenta AI terbesar ketimbang rata-rata global, menurut laporan LinkedIn. China dan Amerika yang merupakan dua negara paling ambisius mengembangkan AI tidak masuk dalam daftar 'Top 10'.

Hanya saja, perlu dicatat bahwa penyensoran yang masif di China terhadap platform buatan AS bisa jadi merupakan alasan banyak talenta China yang tidak memiliki akun LinkedIn, sehingga datanya tidak bisa dihimpun.

Berikut daftar 10 besar negara dengan konsentrasi talenta AI terbanyak, menurut laporan LinkedIn, dikutip dari CNBC Make It, Jumat (11/4/2025):

  1. Israel (1,98%)
  2. Singapura (1,64%)
  3. Luksemburg (1,44%)
  4. Estonia (1,17%)
  5. Swiss (1,16%)
  6. Finlandia (1,13%)
  7. Irlandia (1,11%)
  8. Jerman (1,09%)
  9. Belanda (1,07%)
  10. Korea Selatan (1,06%)

Untuk daftar 6 negara teratas di 2024 sebenarnya tak berubah dari peringkat tahun lalu. Sementara itu, Irlandia maju 4 peringkat ke posisi ke-7 dan Korea Selatan menurun 3 peringkat ke posisi ke-10 di 2024.

"Banyak negara dengan konsentrasi talenta AI tertinggi seperti Israel, Singapura, Luksemburg, Estonia, yang jumlah penduduk dan luas wilayahnya relatif kecil, tetapi mereka sangat menonjol dalam hal pengembangan talenta AI dengan cepat," kata Chua Pei Ying, kepala ekonom LinkedIn untuk wilayah APAC.

"Hal ini dapat terwujud dengan membangun ekosistem yang mendukung. Perusahaan berinvestasi dalam pengembangan keterampilan karyawannya, dan pemerintah membuat kebijakan yang mendorong pembelajaran berkelanjutan," Chua menambahkan.

Meski India tidak masuk dalam daftar 'Top 10' pada laporan 2024, negara tersebut menunjukkan peningkatan 252% antara 2016 hingga 2024. Hal ini menunjukkan India cukup agresif dalam mengembangkan talenta AI di negaranya, menurut laporan LinkedIn.

India juga menunjukkan peningkatan 33,4% secara tahun-ke-tahun (YoY) dalam hal perekrutan terkait AI sepanjang 2024. Hal ini menunjukkkan India makin kencang membutuhkan talenta AI.

Sementara itu, untuk perekrutan terkait AI, Singapura menunjukkan pertumbuhan 25% dan Amerika Serikat (AS) 24,7%.

"Kultur Singapura yang menonjolkan pembelajaran berkontribusi pada daya saingnya di era AI," kata Chua.

"Data kami menunjukkan para pekerja di Singapura adalah yang paling cepat belajar. Mereka menghabiskan waktu mereka lebih banyak 40% untuk mempelajari keterampilan AI ketimbang negara-negara lain di Asia Tenggara," ia menambahkan.


(fab/fab)

Saksikan video di bawah ini:

Video: AI Vs Kebakaran Hutan: Teknologi Cerdas Hadang Bencana Alam

Next Article China Ditinggal, Wilayah Dekat RI Ramai Diserbu Asing

Read Entire Article
Ekonomi | Asset | Lokal | Tech|