Judol Bikin Ambruk Ekonomi RI, Tapi Tak Cuma Itu!

2 weeks ago 13

Jakarta, CNBC Indonesia - Aktivitas ekonomi ilegal seperti judi online atau judol membuat resah Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati. Ia menganggap maraknya judol menjadi salah satu penyebab terpangkasnya daya beli masyarakat untuk aktivitas konsumsi produktif.

"Saya tidak memungkiri ada indikasi-indikasi yang kita harus waspada makanya saya sampaikan kita tetap waspada. Belum lagi faktor munculnya judol yang timbulkan mungkin punya daya beli tapi kesedot untuk aktivitias yang tidak timbulkan konsumsi tapi hilang di judol," kata Sri Mulyani saat rapat kerja dengan Komisi XI DPR, dikutip Kamis (14/11/2024).

Ekonom dari Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Yusuf Rendy Manilet mengatakan, judol memang bisa menjadi salah satu pemicu penghambat konsumsi produktif masyarakat. Apalagi, bila melihat transaksi judol yang terus meningkat bahkan mencapai ratusan triliun pada 2024.

Sebagaimana diketahui, Pusat Pelaporan dan Transaksi Keuangan (PPATK) telah mencatat selama Semester I-2024, angka perputaran transaksi judi online mencapai Rp 174 triliun. Kini, memasuki Semester II-2024 angkanya sudah mencapai Rp 283 triliun.

"Uang tersebut seharusnya jika tidak digunakan untuk judol bisa digunakan untuk konsumsi produktif atau mungkin ditabung yang nantinya bisa digunakan untuk aktivitas yang sifatnya lebih penting," ungkap Manilet.

Meski demikian, ia menekankan, menjadi keliru bila melihat aktivitas judi online semata-mata sebagai penyebab berkurangnya daya beli masyarakat, sebab tertekannya daya beli masyarakat di Indonesia saat ini dipicu banyak faktor.

Sebagaimana diketahui, tertekannya daya beli masyarakat Indonesia saat ini menyebabkan tingkat konsumsi rumah tangga pada kuartal III-2024 merosot di bawah 5%.

Konsumsi rumah tangga yang menjadi motor utama pertumbuhan ekonomi dengan kontribusi terhadap PDB mencapai 53,08%, hanya mampu tumbuh 4,91%, lebih rendah dari laju pertumbuhan kuartal II-2024 sebesar 4,93%.

Kondisi ini membuat pertumbuhan ekonomi pada kuartal III-2024 hanya mampu tumbuh 4,95%, lebih rendah dari pertumbuhan kuartal II-2024 yang sebesar 5,11% maupun kuartal I-2024 yang tumbuh 5,05%, berdasarkan catatan Badan Pusat Statistik (BPS).

"Penurunan daya beli sesungguhnya merupakan fenomena multidimensi yang dipengaruhi oleh berbagai faktor," ucapnya.

Manilet menjelaskan, bila dikaitkan dengan merosotnya daya beli masyarakat, sebetulnya faktor yang berkontribusi di antaranya masih adanya ketimpangan pendapatan di Indonesia, kemudian juga peningkatan upah yang relatif lebih kecil dibandingkan peningkatan inflasi.

"Dan relatif terbatasnya mereka yang bekerja di sektor-sektor formal sehingga sangat rentan terkena gejolak perekonomian yang mungkin terjadi secara tiba-tiba," ucap Manilet.

Hal ini juga didukung dengan data yang menunjukkan pelemahan pendapatan masyarakat, misalnya fenomena banjirnya pemutusan hubungan kerja atau PHK yang terjadi dalam beberapa bulan terakhir.

Kemudian peranan sektor industri terhadap produk domestik bruto atau PDB yang terus mengalami penurunan dan menjadi tanda di industrialisasi dini terjadi di Indonesia. Adapula data masih tingginya angka ketimpangan antara kelompok pendapatan.

"Jadi saya kira penyebab penurunan daya beli tidak semata-mata hanya karena judi online saja," tegasnya.


(arj/mij)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Daya Beli Lesu Ancam Ekonomi RI, Prabowo Perlu Lakukan Ini!

Next Article Bukan Halusinasi! Ini Bukti Orang RI Hidupnya Makin Susah

Read Entire Article
Ekonomi | Asset | Lokal | Tech|