Pengelola Kampung Kopyor Semuten, Jatimulyo, Dlingo menunjukkan buah kelapa kopyor dengan dari salah satu varietas kelapa yang dibudidayakan di tempat itu, Selasa (7/10 - 2025) (email)
Harianjogja.com, Bantul – Di Dusun Semuten, Kalurahan Jatimulyo, Kapanewon Dlingo, geliat ekonomi masyarakat tumbuh lewat potensi lokal berupa kelapa kopyor. Desa ini kini dikenal sebagai Kampung Kopyor, pusat pengembangan dan pemberdayaan masyarakat yang mengandalkan tanaman yang dikenal kaya manfaat itu.
Kopyor merupakan varietas kelapa yang mengalami mutasi genetik alami yang menyebabkan daging buahnya (endosperma) bertekstur remah, empuk, dan mudah terlepas dari batoknya, berbeda dengan kelapa biasa. Kelapa ini memiliki rasa lebih manis, gurih, dan aroma harum, serta digunakan sebagai bahan utama dalam minuman tradisional es kopyor dan kuliner lainnya.
Pengembangan Kampung Kelapa Kopyor Semuten digagas oleh kalurahan setempat bersama warga dan petani milenial di wilayah itu. Total ada sebanyak 3–4 hektare tanah kas desa dengan sekitar 600 batang pohon kelapa kopyor. Tak hanya menanam, mereka juga mengolah hasil panen menjadi berbagai produk turunan seperti minuman es kopyor, kopyor kaleng, dan Virgin Coconut Oil (VCO) atau minyak kelapa murni.
“Kelapa itu tidak mengenal musim, jadi bisa menjadi sumber pendapatan bulanan yang stabil. Ini cara kami meningkatkan kesejahteraan petani muda,” kata Ketua Taruna Tani Jatimulyo, Iwan Harianto, Selasa (7/10/2025).
Iwan menuturkan, pengelolaan tempat dan lahan dilakukan secara terpadu. Para petani menjual hasil panen melalui satu pintu di Kampung Kopyor agar harga tetap stabil. Hasil olahan dijual di beberapa destinasi wisata sekitar seperti Pengger dan Becici, dengan harga Rp10.000 per gelas untuk es kopyor, dan Rp15.000 untuk versi kemasan kaleng. Dalam sebulan, kelompok ini mampu meraup omzet sekitar Rp14 juta.
Tak hanya menjual produk, Kampung Kopyor juga membuka diri sebagai lokasi pelatihan dan edukasi pertanian. Pengunjung bisa belajar proses pembibitan, pembuatan VCO, hingga teknik pengolahan minuman kopyor siap saji. Banyak akademisi dan mahasiswa datang untuk riset maupun pelatihan lapangan.
“Biasanya mereka datang, minum kopyor, lalu tertarik beli bibitnya. Untuk bibit kultur jaringan 100 persen kopyor, harganya Rp1,2 juta per batang dan berbuah dalam 2,5 tahun,” jelas Iwan.
Pengelola Kampung Kopyor Semuten, Sugiman mengatakan, aktivitas pertanian kelapa kopyor lokal sudah berlangsung sejak turun temurun puluhan tahun lalu di desa itu. Hanya saja pengembangan kelapa kopyor kultur jaringan ini baru berjalan sejak 2023-2024 dan telah menunjukkan hasil menjanjikan.
“Di sini ada lima varietas kelapa kopyor dan ada juga yang lokal. Kalau yang lokal dulu itu tidak semuanya kopyor. Kalau yang kultur jaringan ini 100 persen kopyor semua, satu janjang bisa 10 buah dan semuanya kopyor,” ujarnya.
Menurut Sugiman, bibit tersebut berasal dari Bogor melalui kerja sama dengan pihak pengembang dan kelompok tani setempat. “Awalnya ibu-ibu dari Bogor survei ke sini, lalu kerja sama dengan desa untuk mengolah lewat kelompok Taruna Tani,” jelasnya.
Meski tergolong baru, permintaan terhadap kelapa kopyor dari Semuten sudah mulai berdatangan dari berbagai daerah. Dalam sepekan, penjualan bisa mencapai 20 hingga 40 butir, dengan harga jual per buah antara Rp30.000–Rp40.000 tergantung ukuran.
Lurah Jatimulyo Mukidi menjelaskan, pengembangan Kampung Kopyor merupakan bagian dari strategi desa untuk pemberdayaan ekonomi masyarakat berbasis pertanian lokal. Dari total 600 pohon di lahan desa, sekitar 200 pohon sudah produktif di kebun warga dan 2.000 bibit lainnya disebar ke warga dengan bantuan anggaran dari APBDKal.
“Kami mulai sejak 2023, dan sekarang sudah mulai berbuah hasil. Ke depan, Kampung Kopyor akan kami arahkan menjadi wisata edukasi pertanian agar masyarakat sekitar juga bisa ikut berjualan dan mendapatkan manfaat ekonomi,” ujar Mukidi.
Menariknya, asal-usul Kampung Kopyor ini tak lepas dari sosok Mbah Paijo, warga Semuten yang pertama kali menemukan kelapa kopyor di wilayah itu dan pernah menerima penghargaan Kalpataru atas jasanya menjaga plasma nutfah kelapa lokal. Potensi itu yang kemudian ditindaklanjuti warga setempat untuk kemudian membentuk Kampung Kopyor Semuten.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News