KTT G20 Baku Resmi Ditutup, Apa yang Dihasilkan?

2 months ago 19

Jakarta, CNBC Indonesia - Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Perubahan Iklim Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) 2024 atau COP29 di Baku, Azerbaijan resmi ditutup. Sejumlah kesepakatan tentang pendanaan iklim dan beberapa pembahasan lainnya resmi dihasilkan.

Apa saja? Berikut ini beberapa poin penting dari KTT COP29 yang diadakan di Kota Baku, Azerbaijan, seperti dikutip Reuters, Senin (25/11/2024).

Pendanaan untuk Masalah Iklim

Agenda utama KTT tersebut adalah menetapkan target tahunan baru untuk pendanaan iklim global (NQCG). Hal ini membuat negara-negara berdebat selama dua minggu.

Awalnya negara-negara G77 dan China meminta anggaran hingga US$ 1,3 triliun. Namun kesepakatan yang dicapai hanya US$300 miliar setahun hingga tahun 2035.

Banyak negara berkembang mengatakan jumlah tersebut terlalu rendah. Mereka juga memperingatkan bahwa batas waktu satu dekade lagi pada tahun 2035 akan menghambat transisi dunia menuju energi bersih.

India misalnya mengecam negara-negara kaya. Karena dimasukkan kontribusi negara-negara berkembang dalam target tahunan.

Efek Pemilihan Trump

Meskipun belum memangku jabatan resmi sebagai Presiden AS, kemenangan Donald Trump, dalam pemilihan presiden Amerika Serikat (AS) rupanya memperburuk suasana di COP29. Ia adalah seorang penyangkal perubahan iklim, 

Trump telah berjanji untuk menyingkirkan Amerika Serikat (AS) dari upaya iklim global. Bahkan telah menunjuk seorang skeptis perubahan iklim lainnya sebagai menteri energinya, Chris Wright

Wright adalah pendiri Liberty Energy. Ia diyakini akan melayani perusahaan energi dan telah meningkatkan produksi bahan bakar fosil AS secara besar-besaran dalam beberapa tahun terakhir dengan mengekstraksi minyak, serta gas dari ladang serpih dalam proses yang dikenal sebagai "fracking."

Terpilihnya Trump berarti AS tidak dapat memberikan kontribusi yang berarti di COP29, meskipun AS menjadi pencemar terbesar di dunia dalam sejarah dan paling bertanggung jawab atas perubahan iklim. Hal itu juga membatasi ambisi pada target keuangan, dengan ekonomi terbesar di dunia tersebut tidak mungkin berkontribusi.

Lampu Hijau untuk Kredit Karbon

Setelah hampir satu dekade berupaya untuk menetapkan buku aturan bagi kredit karbon, COP29 mencapai kesepakatan untuk memungkinkan negara-negara mulai menetapkan kredit ini guna mendapatkan pendanaan dan mengimbangi emisi mereka, atau untuk memperdagangkannya di bursa pasar.

Masih ada beberapa detail kecil yang harus dikerjakan, seperti struktur registrasi dan kewajiban transparansi. Namun para pendukung berharap dorongan untuk mengimbangi karbon akan membantu menarik miliaran dolar ke dalam proyek-proyek baru untuk membantu memerangi perubahan iklim.

Proses COP yang Diragukan

Meskipun perjanjian iklim telah digembar-gemborkan selama bertahun-tahun, negara-negara menyuarakan kekhawatiran tentang fakta bahwa emisi gas rumah kaca dan suhu global masih meningkat. Negara-negara telah dilanda cuaca yang semakin ekstrem, yang memperjelas bahwa laju kemajuan belum cukup cepat untuk mencegah krisis iklim.

Tahun ini berada di jalur untuk menjadi tahun terhangat yang pernah tercatat. Dampak iklim meningkat lebih cepat dari yang diperkirakan.

Banjir yang meluas telah menewaskan ribuan orang dan membuat jutaan orang kelaparan di seluruh Afrika. Termasuk tanah longsor yang mematikan telah mengubur desa-desa di Asia. 

Ketegangan Perdagangan

Negara-negara berkembang mendesak keras pada COP29 untuk membuka diskusi tentang hambatan perdagangan terkait iklim, dengan alasan bahwa kemampuan mereka untuk berinvestasi dalam penghijauan ekonomi mereka dirusak oleh kebijakan perdagangan mahal yang diberlakukan oleh ekonomi terkaya di dunia.

Yang menjadi fokus adalah pajak perbatasan karbon (CBAM) yang direncanakan Eropa. Namun yang sama mengkhawatirkannya adalah prospek Trump memperkenalkan tarif luas pada semua impor. Badan iklim PBB setuju untuk menambahkan masalah tersebut ke agenda KTT mendatang.

Kepentingan atas Bahan Bakar Fosil

COP tahun ini adalah yang ketiga berturut-turut yang diadakan di negara penghasil bahan bakar fosil, di mana sekretaris jenderal OPEC dan presiden negara tuan rumah Azerbaijan mengatakan kepada KTT bahwa sumber daya minyak dan gas adalah "anugerah dari Tuhan."

Pada akhirnya, KTT tersebut gagal menetapkan langkah-langkah bagi negara-negara untuk membangun janji COP28 tahun lalu untuk beralih dari bahan bakar fosil dan melipatgandakan kapasitas energi terbarukan dekade ini.

Banyak negosiator melihat hal itu sebagai kegagalan dan tanda bahwa kepentingan bahan bakar fosil telah mengalahkan perundingan iklim dalam COP29.


(sef/sef)

Saksikan video di bawah ini:

RS Mandaya Royal Puri Resmikan Fasilitas Cyclotron & Digital PET Scan

Read Entire Article
Ekonomi | Asset | Lokal | Tech|