Margin Maskapai Penerbangan Sangat Tipis, Ini Buktinya

6 hours ago 1

Jakarta, CNBC Indonesia - Direktur Utama Garuda Indonesia Wamildan Tsani Panjaitan mengungkapkan, sejak perumusan tarif batas atas (TBA) tiket pesawat pada tahun 2019, struktur biaya maskapai penerbangan telah mengalami perubahan signifikan. Terutama terkait peningkatan harga avtur dan beban maintenance (perawatan) pesawat.

Ditambah, adanya perubahan signifikan nilai tukar atau kurs rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Hal itu disampaikannya dalam rapat dengar pendapat (RDP) bersama Dirjen Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan (Kemenhub) dengan Komisi V DPR, Kamis (22/5/2025).

Dia mengatakan, kedua hal itu menjadi tantangan yang saat ini dihadapi maskapai penerbangan di Indonesia. Belum lagi, persoalan margin yang sangat ketat memberikan beban sangat berat kepada maskapai penerbangan. Akibat penurunan seat load factor (SLF) secara global sebesar 3-5% selama kondisi ekonomi tidak menentu. Hal ini membuat margin profitabilitas menjadi negatif.

"Karena dengan penurunan load factor 3-5%, ini sangat memengaruhi margin profit maskapai," ucapnya, dikutip Jumat (23/5/2025).

Wamildan kemudian memaparkan peningkatan biaya yang dialami maskapai untuk penerbangan rute Cengkareng-Denpasar. Sejak tahun 2019, terjadi lonjakan biaya penerbangan yang signifikan. 

"Biaya per penerbangan di tahun 2019 itu sebesar Rp194 juta satu kali penerbangan. Ada peningkatan sebesar Rp31 juta dari sisi MRO atau maintenance, repair, dan overhaul. Dari sisi fuel juga meningkat, kemudian tarif sewa pesawat ini bisa dinegosiasikan karena waktu itu Garuda Indonesia melewati proses restrukturisasi, kemudian ada pertumbuhan upah minimum sebesar 35% sejak tahun 2019," paparnya.

"Kemudian ada peningkatan biaya dari provider dari marketing, ticketing, dan agen sistem distribusi global (GDS)GDS global  43%, biaya lainnya, hingga beban bunga. Sehingga total peningkatan biaya menjadi Rp269 juta atau ada kenaikan sebesar 38%," tambah Wamildan.

Sebagai catatan, imbuh dia, biaya MRO, bahan bakar, marketing, dan servis juga terbebani oleh kenaikan kurs karena dibayarkan dalam dolar AS. Di mana, ujarnya, sejak tahun 2019, terjadi kenaikan kurs sekitar 14-15%.

"Ini memberikan tekanan margin lebih tinggi bagi maskapai penerbangan," katanya.

Gambaran profit maskapai penerbangan, tangkapan layar paparan Dirut Garuda Indonesia dalam RDP dengan Komisi V DPR RI, Kamis (22/5/2025). (Tangkapan layar youtube Komisi V DPR RI Channel)Foto: Gambaran profit maskapai penerbangan, tangkapan layar paparan Dirut Garuda Indonesia dalam RDP dengan Komisi V DPR RI, Kamis (22/5/2025). (Tangkapan layar youtube Komisi V DPR RI Channel)
Gambaran profit maskapai penerbangan, tangkapan layar paparan Dirut Garuda Indonesia dalam RDP dengan Komisi V DPR RI, Kamis (22/5/2025). (Tangkapan layar youtube Komisi V DPR RI Channel)

Wamildan menambahkan, perubahan komponen biasa sebesar 5% akan berdampak pada margin maskapai penerbangan. Hal itu, kata dia, bisa dilihat dari gambaran kinerja sejumlah maskapai penerbangan di kawasan regional Asia.

Dia pun membeberkan data yang menunjukkan, profit margin maskapai penerbangan selama 3 tahun terakhir. Di mana, akibat kenaikan harga bahan bakar sebesar 5%, banyak maskapai penerbangan yang langsung mengalami net profit negatif. 

Hal serupa terjadi ketika harga tiket pesawat diturunkan 5%, net profit maskapai penerbangan pun langsung negatif. 

"Dari hasil analisis IATA, maskapai penerbangan adalah entitas yang membawa ekonomi, membawa manusia, mentransport mmasyarakat, memberikan layanan ke dalam ekosistem aviasi. Namun, dari data IATA, bahwa dari tahun 2012hingga 2019, seluruh ekosistem mengalami peningkatan margin kecuali airlines (maskapai penerbangan). Ini bahkan sudah terjadi sejak sebelum pandemi," katanya.

"Ini menunjukkan margin airlines itu sangat tipis," ucap Wamildan.

Paparan Direktur Utama Garuda Indonesia Wamildan Tsani Panjaitan dalam rapat dengar pendapat (RDP) bersama Dirjen Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan (Kemenhub) dengan Komisi V DPR, Kamis (22/5/2025). (Tangkapan layar youtube Komisi V DPR RI Channel)Foto: Paparan Direktur Utama Garuda Indonesia Wamildan Tsani Panjaitan dalam rapat dengar pendapat (RDP) bersama Dirjen Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan (Kemenhub) dengan Komisi V DPR, Kamis (22/5/2025). (Tangkapan layar youtube Komisi V DPR RI Channel)
Paparan Direktur Utama Garuda Indonesia Wamildan Tsani Panjaitan dalam rapat dengar pendapat (RDP) bersama Dirjen Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan (Kemenhub) dengan Komisi V DPR, Kamis (22/5/2025). (Tangkapan layar youtube Komisi V DPR RI Channel)


(dce/dce)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Bos Danantara Bocorkan Potensi Kerja Sama Boeing Dengan Garuda

Next Article Siap-Siap! RI Bakal Kedatangan Maskapai Baru, Namanya Ini

Read Entire Article
Ekonomi | Asset | Lokal | Tech|