Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka cenderung menguat terbatas pada awal perdagangan sesi I Rabu (4/12/2024), di tengah sikap investor yang menanti pidato dari ketua bank sentral Amerika Serikat (AS).
Pada pembukaan perdagangan hari ini, IHSG dibuka naik tipis 0,05% ke posisi 7.199,36. Selang lima menit setelah sesi I dibuka, IHSG berbalik arah menjadi turun tipis 0,03% ke 7.194,18.
Nilai transaksi indeks pada awal sesi I hari ini sudah mencapai sekitar Rp 543 miliar dengan volume transaksi mencapai 1,3 miliar lembar saham dan sudah ditransaksikan sebanyak 68.687 kali.
Pasar akan menantikan pidato Ketua bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed), Jerome Powell untuk menantikan sinyal perkembangan kebijakan suku bunga The Fed ke depan dengan kondisi terkini.
Powell akan berpidato pada Kamis dini hari waktu Indonesia pukul 01.45 WIB. Investor menantikan sinyal mengenai arah kebijakan suku bunga The Fed setelah rilis notulen FOMC bulan lalu.
Dalam notulen dari pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) November, pejabat The Fed menyampaikan bahwa inflasi sedang melambat dan pasar tenaga kerja tetap kuat, yang memungkinkan adanya pemotongan suku bunga lebih lanjut meskipun dilakukan secara bertahap.
Ringkasan pertemuan tersebut memuat beberapa pernyataan yang menunjukkan bahwa para pejabat merasa nyaman dengan laju inflasi, meskipun menurut sebagian besar ukuran, inflasi masih berada di atas target 2% yang ditetapkan oleh The Fed.
Dengan hal tersebut, dan dengan keyakinan bahwa situasi lapangan pekerjaan masih cukup solid, anggota FOMC menunjukkan bahwa kemungkinan pemotongan suku bunga lebih lanjut akan dilakukan, meskipun mereka tidak menentukan kapan dan seberapa besar.
"Dalam membahas prospek kebijakan moneter, peserta memperkirakan bahwa jika data sesuai dengan harapan, dengan inflasi yang terus menurun secara berkelanjutan menuju 2% dan ekonomi tetap berada dekat dengan kondisi pekerjaan maksimum, maka kemungkinan besar akan tepat untuk bergerak secara bertahap menuju kebijakan yang lebih netral dari waktu ke waktu," kata notulen tersebut.
Di lain sisi, perekonomian Indonesia diperkirakan masih akan tumbuh di level 5%, meski pada awal tahun depan ada kenaikan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dari sebelumnya 11% menjadi 12%.
Ekonom Bank Permata, Josua Pardede memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun depan akan mencapai 5,15%. Proyeksi tersebut terbilang optimistis, meskipun kelas menengah akan dibayangi oleh kenaikan PPN menjadi 12% mulai Januari 2025.
Josua mengatakan konsumsi rumah tangga dan investasi diperkirakan masih menjadi pendorong utama perekonomian. Di sisi lain, risiko eksternal seperti kebijakan proteksionis AS, perlambatan permintaan global, dan volatilitas harga komoditas menjadi tantangan yang perlu dikelola.
Di tingkat domestik, inflasi Indonesia diproyeksikan masih berada dalam target Bank Indonesia (BI) di 3,12%. Meskipun, kenaikan tarif PPN dan cukai menjadi 12% pada plastik, rokok, serta minuman manis akan memberikan tekanan terhadap inflasi.
"Kami percaya bahwa memanfaatkan potensi domestik yang dimiliki Indonesia menjadi kunci dalam mengatasi tantangan perekonomian akibat dinamika ekonomi global," katanya dalam Media Briefing - Permata Bank Economic Outlook 2025 di Jakarta, Selasa (3/12/2024).
Selain itu, imbal hasil obligasi diproyeksikan menurun karena kebijakan suku bunga yang lebih rendah dari BI dan The Fed.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(chd/chd)
Saksikan video di bawah ini: