Pengusaha Pameran-Hotel Bali Megap-Megap, Lagi Nahan Diri PHK Massal

6 days ago 12

Jakarta, CNBC Indonesia - Bali, yang selama ini menjadi surga bagi sektor Meeting, Incentive, Convention, and Exhibition (MICE), kini mengalami pukulan telak akibat kebijakan efisiensi anggaran pemerintah. Pemangkasan besar-besaran terhadap anggaran perjalanan dinas dan penyelenggaraan acara di hotel berbintang telah membuat industri ini terseok-seok.

Wakil Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Bali I Gusti Ngurah Rai Suryawijaya mengungkapkan, bisnis MICE di Bali mengalami penurunan hingga 15%, efek dari adanya pemangkasan anggaran pemerintah. Hal ini tentu berdampak langsung pada tingkat okupansi hotel berbintang yang semakin melemah.

"Wisatawan yang datang ke Bali memang masih normal, sekitar 16-17 ribu per hari. Tapi mayoritas dari mereka berasal dari segmen middle-low yang lebih memilih menginap di private villa, guest house, atau apartemen. Akibatnya, hotel berbintang kehilangan banyak pelanggan, terutama dari sektor MICE," ujar Rai kepada CNBC Indonesia, Kamis (27/3/2025).

Dia menegaskan, dampak efisiensi ini tidak hanya terjadi di Bali, tetapi hampir di seluruh kota besar di Indonesia. "Hampir semua anggota PHRI di kota lain juga mengeluhkan hal yang sama. Dengan penghapusan anggaran MICE dari pemerintah, hotel-hotel yang bergantung pada sektor ini mengalami kesulitan besar," imbuh dia.

Adapun kondisi ini juga tercermin dari laporan hasil survei PHRI bersama Horwath HTL, yang melibatkan 726 responden dari 717 hotel di 30 provinsi. Survei ini mencatat, lebih dari 50% hotel berbintang mengalami dampak negatif dari pemangkasan anggaran MICE oleh pemerintah.

"Mayoritas responden percaya bahwa pemanfaatan fasilitas MICE mengalami penurunan drastis, yang menjadi faktor utama menurunnya operasional hotel mereka. Hal ini wajar terjadi karena selama ini, instansi pemerintah merupakan kontributor utama bagi sektor MICE," tulis laporan survei yang diterima CNBC Indonesia.

Bahkan, survei tersebut mengungkapkan, 42% hotel melaporkan fasilitas ruang pertemuan mereka menjadi tidak terpakai, sementara 18% mengalami penurunan permintaan saat hari kerja.

Lebih dari 50% responden juga melaporkan pendapatan mereka turun lebih dari 10% pada November 2024 dibandingkan tahun sebelumnya. Situasi ini semakin memburuk pada Januari 2025, di mana lebih dari 30% hotel mengalami penurunan pendapatan lebih dari 40% dibandingkan tahun sebelumnya.

Ancaman PHK Massal

Dari hasil survei yang sama, sebanyak 88% pengusaha hotel memprediksi akan melakukan PHK terhadap karyawan mereka. Rai pun mengakui skenario tersebut sangat mungkin terjadi di Bali.

"Ya pasti akan ada PHK di hotel, karena kalau meeting-meeting tidak ada. Banyak kementerian dan lembaga pemerintah yang membatalkan acara karena anggarannya sudah dipotong. Otomatis bidang MICE akan mati, pegawai yang bertugas di bidang ini akan terkena dampaknya. Hotel juga akan melakukan efisiensi," kata Rai.

Kendati demikian, Rai mengatakan PHK masih dalam tahap perencanaan dan belum benar-benar dilakukan. "Saat ini, kita masih menahan diri. Tapi kalau kondisi ini terus berlanjut, ya kita terpaksa akan mengurangi tenaga kerja, terutama di sektor MICE," tambahnya.

Meski dampak efisiensi anggaran cukup besar, Rai menilai situasinya tidak akan separah masa pandemi COVID-19. Saat itu, Bali benar-benar lumpuh total, dengan penerbangan dihentikan dan aktivitas pariwisata terhenti sepenuhnya.

"Dampak dari efisiensi anggaran ini memang besar, tapi tidak akan separah COVID-19. Pada masa pandemi, semua benar-benar berhenti total. Sekarang, penerbangan masih berjalan normal, dan wisatawan masih datang, walau mereka memilih akomodasi yang lebih murah," jelasnya.

Harapan PHRI

PHRI berharap pemerintah dapat mengkaji kembali kebijakan efisiensi anggaran. Menurut Rai, hotel dan sektor terkait sudah berupaya mengatasi kondisi ini dengan melakukan promosi dan bekerja sama dengan wholesaler serta travel agent. Namun, jika tidak ada perubahan kebijakan, maka sektor ini akan tetap terpukul.

"Mungkin pemerintah bisa mengupayakan agar meeting yang tadinya bisa tiga sampai empat kali, dikurangi menjadi satu atau dua kali. Tapi jangan sampai dihilangkan sama sekali. Karena penurunan bisnis MICE ini juga berdampak ke UMKM yang selama ini bergantung pada event-event di hotel," pungkasnya.


(dce)

Saksikan video di bawah ini:

Video: PHK Massal Jelang Ramadan, Kemnaker Bantah Ada Kesengajaan

Next Article Pengusaha Bali Teriak Banyak Pesanan Hotel Dibatalkan, Ini Penyebabnya

Read Entire Article
Ekonomi | Asset | Lokal | Tech|